Minggu, 28 Oktober 2018

LAPORAN PRAKTIKUM REAGEN PEMBUATAN LARUTAN NATRIUM TIOSULFAT DAN ASAM SULFAT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
       Definisi larutan sendiri adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud padat, cair, atau gas. Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar. Pada saat pembuatan larutan hal yang harus diperhatikan yaitu volume, massa, serta konsentrasi dari larutan yang akan dibuat. Konsentrasi sendiri didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya. Molaritas yaitu jumlah mol solute dalam satu liter larutan, molalitas yaitu jumlah mol solute per 1000 gram pelarut sedangkan normalitas yaitu jumlah gram ekuivalen solute dalam 1 liter larutan. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan, maka dari itu dalam pembuatan larutan harus dilakukan seteliti mungkin dan menggunakan perhitungan yang tepat, sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan.
1.2 Tujuan
      Untuk mengetahui cara membuat larutan dengan konsentrasi tertentu serta mengencerkan larutan.
1.3 Manfaat
      Memberikan informasi mengenai cara pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu serta mengencerkan larutan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Larutan
     Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud padat, cair, atau gas. Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut (solute). Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar. (Sofyan. 2012.)
2.2 Reaksi-Reaksi Dalam Larutan
a.       Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.
b.      Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik. (Sofyan. 2012)
2.3  Pembagian Larutan
A.    Pembagian Larutan Berdasarkan kelarutan zat terlarut :
1.      Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada didalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut).. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
2.      Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari pada yangs seharusnya, ada pula temperature tertentu, terdapat juga zat yang tidak larut.. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap). (Titi. 2015)
B.     Pembagian Larutan berdasarkan Konsentrasi
    Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1.    Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
2.    Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent. (Putra. 2015)
C.      Pembagian Larutan berdasarkan daya hantar larutan
     Berdasarkan daya hantarnya larutan terbagi 2 yaitu :
a.       Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelmbung gas dalam larutan .Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan elektrolit.. Larutan elektrolit dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1.      Elektrolit kuat mempunyai daya hantar yang relatif tinggi walaupun konsentrasinya relatif kecil. Yang tergolong dalam elektrolit kuat adalah:
-          Asam-asam kuat, seperti : HCl, HClO3, H2SO4, HNO3
-          Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
-          Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain.
2.      Elektrolit lemah mempunya daya hantar yang relatif rendah walaupun konsentrasinya relatif besar.
-          Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3,
-          Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
-          Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2
3.      Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu tidak menyala pada alat uji. Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan nonelektrolit.. Tergolong ke dalam jenis ini misalnya: Larutan urea, larutan sukrosa, larutan glukosa, larutan alkohol dan lain-lain (Andin. 2012.)
2.4 Definisi Konsentrasi
      Konsentrasi adalah istilah umum untuk menyatakan banyaknya bagian zat terlarut dan pelarut yang terdapat dalam larutan. Konsentrasi dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Untuk ukuran secara kualitatif, konsentrasi larutan dinyatakan dengan istilah larutan pekat (concentrated) dan encer (dilute). Kedua isitilah ini menyatakan bagian relatif zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Larutan pekat berarti jumlah zat terlarut relatif besar, sedangkan larutan encer berarti jumlah zat terlarut relatif lebih sedikit. Biasanya, istilah pekat dan encer digunakan untuk membandingkan. (Inkar. 2012)
2.5 Molaritas
     Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap satu liter larutan. Molaritas dilambangkan dengan notasi M dan satuannya adalah mol/liter. Secara matematis dirumuskan seperti berikut:
 Jika volume larutan dinyatakan dalam ml maka rumus molaritas dapat dinyatakan dengan:
m : massa zat terlarut
M: massa molekul relative

Keterangan:
M : molaritas (mol/L)
: Jumlah mol (mol)
  V  :  Volume larutan (L)
(Mahmud. 2016)
2.6 Molalitas
     Kemolalan atau konsentrasi molal (m) menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Secara matematis, dapat dirumuskan:
   Keterangan:
M      : Molalitas
G       : Massa zat terlarut
P       : Massa zat pelarut
Mr        : Massa molekul relatif (Mahmud. 2016)

2.7 Normalitas
    Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Keterangan:
N  = Normalitas larutan
ek = ekuivalen zat terlarut
V   = volume larutan
M  = molaritas
a    = valensi (banyaknya ion)
m   = massa zat terlarut
(Mahmud. 2016)


2.8 Uraian Bahan
1.      Aquadest (Ditjen POM. 1995)
Nama resmi          : AQUADESTILLATA
Nama lain             : Air suling, Aquadest
Rumus kimia        : H2O
Berat molekul       : 18,02
Pemerian             : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak  
                                mempunyai rasa.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup.

2.      Kalium Iodida (Ditjen POM. 1979)
Nama Lain           : Kalium iodida
RM/BM                : KI / 166,00
Pemerian              : Hablur heksahedral, transparan atau tidak   berwarna, opak
                               dan putih, atau serbuk butiran putih. Higroskopik.
Kelarutan             : Sangat mudah larut dalam air, lanih mudah larut dalam air
                                mendidih, larut dalam etanol 95 % P, mudah larut dalam
                                gliserol P.
Kegunaan             : Sebagai reduktor yang melepaskan I2
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik

3.      Natrium Tiosulfat (Ditjen POM. 1995)
Nama lain             : Natrium tiosulfat/hipo
RM/ BM               : Na2S2O3 / 248,17
Pemerian              : Hablur besar tidak berwarna /serbuk hablur kasar. Dalam
                               lembab meleleh basah, dalam hampa udara merapuh.
Kelarutan             : larut dalam 0,5 bagian air,praktis tidak larut dalam etanol
Kegunaan             : Sebagai penitrasi
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat.

4.      Asam Sulfat (Ditjen POM. 1995)
Nama lain             : Asam sulfat
RM/ BM               : H2SO4 / 98,07
Pemerian              : Cairan kental seperti minyak,korosif,tidak berwarna jika
                                ditambahkan dalam air menimbulkan panas.
Kegunaan             : Sebagai sampel
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat























BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1  Waktu dan Tempat
    Praktikum pembuatan larutan ini dilakukan pada 2 Desember 2017, di kampus Stikes  Bina  Mandiri Gorontalo.
3.2  Alat
     Pada pelaksaan praktikum kali ini menggunakan alat-alat laboratorium seperti labu takar, pipet tetes, batang pengaduk, gelas kimia, botol reagen, kaca arloji, dan spatula.
3.3   Bahan
     Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu aquadest, natrium tiosulfat, asam sulfat, dan kalium iodida.
3.4  Prosedur Kerja
1.      Prosedur Kerja Natrium Tiosulfat
     Menghitung massa yang akan diukur menggunakan rumus molaritas. Menimbang N2S2O3 dan KI menggunakan neraca analitik. Mengisi N2S2O3­ dan KI yang telah di timbang kedalam gelas kimia kemudian di encerkan dengan aquades. Menuang N2S2O dan KI  ­kedalam labu ukur kemudian tambahkan aquades hingga mencapai batas 100 ml, Homogenkan. Memindahkan larutan yang telah di encerkan kedalam botol kemudian di berikan label.
2.      Prosedur Kerja Asam Sulfat
          Menghitung volume yang akan diukur menggunakan rumus pengenceran. Memipet larutan Asam Sulfat sebanyak 16 ml kemudian masukan ke dalam labu takar. Mengisi labu takar dengan aquades hingga mencapai batas garis pada labu takar, homogenkan. Memindahkan larutan yang telah di encerkan kedalam botol kemudian di berikan label.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1.     
M2   = 0.05 N
V2    = 100 ml    0,1 L
Menghitung massa  Na2S2O3 dengan konsentrasi 0.1 N dan 0.05 N dengan volume  100 ml.
Dik: M1   = 0.1 N
 V1    = 100 ml             0,1 L
 Mr  = 248.17
Dit: gr ?
 =  2,4817 X 0.05
 0.124085

Penye:
 =  2,4817 X 0.1
 0.24817
2.      Menghitung massa KI dengan konsentrasi 10% dengan volume  50 ml
Dik: M   =  10%
        V    = 50 ml
Dit: gr ?
              Penye:
% =
                 10% =
     B = 0.1 X 50
     B = 5 gr
3.      Menghitung molaritas H2SO4 dengan konsentrasi 95%  dan massa jenis air 1,8 kg/l
Dik: %massa = 95%                                                                                  
Mr = 98
Dit : M ?
Penye :
M =
M =
M = 18
4. Menghitung H2SO4
Dik :  M1 = 18
M2 = 4
V2 = 100 ml
Dit : V1 ?
Penye :
V1 X M1 = V2 X M2
V1 X 18 = 100 X 4
V1 =
V1 = 22,22 ml
Normalitasnya :  = 11,11 ml


4.2 Pembahasan
   Pada percobaan pertama dilakukan pelarutan zat padat untuk mendapatkan konsentrasi larutan. Pada percobaan ini menggunakan padatan N2S2O3 dan KI sebagai zat yang akan dilarutkan dengan menggunakan aquadest sebagai pelarut. Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan larutan N2S2O3 0.1 N dan 0.05 N serta KI 10 % masing masing 100 ml dan 50 ml. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, massa N2S2O3 0.1 N yang dibutuhkan adalah 0.25 gr untuk N2S2O3 0.05 N sebanyak 0.12 gr sedangkan untuk KI dibutuhkan 5 gr untuk membuat KI 10%. Faktor kesalahan pada peercobaan ini adalah pengukuran menggunakan neraca analitik yang kurang tepat dan pengukuran volume larutan yang kurang pas pada meniskus bawah.
Reaksi Ionisasi:
                             N2S2O3                        2Na+ + S2O32-
                             KI                                K+ + I-
     Pada percobaan kedua dilakukan pengenceran larutan. Pengenceran merupakan perlakuan untuk mendapatkan konsentrasi larutan yang lebih rendah dari yang sebelumnya. Percobaan ini menggunakan H2SO4 sebagai larutan yang akan diencerkan sekaligus merupakan zat terlarut dan menggunakan aquadest sebagai pelarut. Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan H2SO4 4 N sebanyak 100 ml. Berdasarkan perhitungan volume H2SO4 yang dibutuhkan adalah 22,22 ml. Kemudian 22,22 ml H2SO4 dimasukkan kedalam labu takar 100 ml dan ditambahkan aquadest hingga larutan menjadi 100 ml. Fungsi penambahan akuades adalah untuk menurunkan konsentrasi dari H2SO4. Faktor kesalahan dari praktikum ini adalah ketika pengukuran volume larutan tidak pas pada meniskus bawah.
Reaksi Ionisasi:
H2SO­4                       2H+ + SO42-



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.      Massa yang diperlukan untuk membuat N2S2O3 0,1 N dengan volume sebanyak 100 ml sebanyak 0.24817 gr.
2.      Massa yang diperlukan untuk membuat N2S2O3 0,05 N dengan volume sebanyak 100 ml sebanyak 0.124085 gr.
3.      Massa yang diperlukan untuk membuat KI 10% dengan volume sebanyak 50 ml sebanyak 5 gr.
4.      Volume yang dibutuhkan untuk membuat H2SO4 4 M sebanyak 100 ml adalah 22,22 ml
5.2  Saran
     Semua praktikan harus mengikuti prosedur yang telah di tetepkan sehingga praktikan terhindar dari resiko-resiko yang mungkin terjadi pada saat praktikum berlangsung.

1 komentar: