Rabu, 28 Januari 2015

Keanekaragaman Tingkat Gen, Jenis, dan Ekosistem


1.  Keanekaragaman Tingkat Gen, Jenis, dan Ekosistem
1.      Keanekaragaman Tingkat Gen
Gen atau plasma nuftah adalah substansi kimia yang menentukan sifat keturunan yang terdapat di dalam lokus kromosom. Setiap individu makhluk hidup mempunyai kromosom yang tersusun atas benang-benang pembawa sifat keturunan yang terdapat di dalam inti sel. Contoh spesies jeruk : jeruk nipis, jeruk lemon, dan jeruk Pontianak.
Spesies Bunga                              Spesies Mangga
                
2.      Keanekaragaman Tingkat Jenis
Spesies atau jenis memiliki pengertian individu yang mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya (inter hibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya. Keanekaragaman hayati tingkat jenis adalah keanekaragaman hayati yang menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antar jenis. Contoh keanekaragaman tingkat jenis adalah dalam keluarga kacang-kacangan, kacang tanah, kacang buncis, kacang hijau, kacang kapri, dan lain-lain. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut walaupun ditemukan ciri khas yang sama, akan tetapi ukuran tubuh atau batang, kebiasaan hidup, bentuk buah dan biji, serta rasanya berbeda.
Keanekaragaman tingkat Jenis (Ayam)

3.      Keanekaragaman Tingkat Ekosistem
Ekosistem adalah hubungan atau interaksi timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem adalah keanekaragaman hayati yang menunjukan seluruh variasi interaksi antara makhluk hidup dan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Jadi, antara makhluk hidup dengan lingkungannya akan terjadi interaksi yang dinamis. Perbedaan kondisi komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda-beda. Akibatnya, permukaan bumi dengan variasi kondisi komponen abiotik yang tinggi akan menghasilkan keanekaragaman ekosistem.  Ada ekosistem hutan hujan tropis, hutan gugur, padang rumput, padang lumut, gurun pasir, sawah, ladang, air tawar, air payau, laut, dan lain-lain. Suatu perubahan yang terjadi pada komponen-komponen ekosistem ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan (homeostatis) ekosistem tersebut. Sebagai suatu sistem, di dalam setiap ekosistem akan terjadi proses yang saling terkait. Misalnya, pengambilan makanan, perpindahan energi atau energetika, daur zat atau materi, dan produktivitas atau hasil keseluruhan ekosistem.  Contoh keanekaragaman hayati tingkat ekosistem adalah pohon kelapa banyak tumbuh di daerah pantai, pohon aren tumbuh di pegunungan, sedangkan pohon palem dan pinang tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah.







Keanekaragaman Tingkat Ekosistem
        

2.  Pembagian Flora, Fauna, dan Mikroorganisme di Indonesia
1.      Pembagian Flora
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiQSX6oVoM9qlUGO_ywBCTo3QjqFLehvyBjVKhyPtoHhVTbAtv8caz_cB1lV639HjXALrJxgKv_E_tjrg5d2GC72N9731kRVTuji9N7963zRET7OrmEOh5rETyOfXYTwCI0PLqWAXjLyYD/s640/geo110_01.gif

a. Flora di Indonesia Bagian Barat
Flora di wilayah Indonesia bagian Barat didominasi oleh vegetasi hutan hujan tropis yang selalu basah. Hal ini dikarenakan pada kawasan ini mempunyai curah hujan dan kelembapan yang cukup tinggi. Jenis-jenis flora di kawasan ini memiliki kesamaan ciri dengan flora di Benua Asia pada umumnya. Adapun flora tipe Asia (Asiatis) memiliki ciri-ciri, berikut ini.
1) Memiliki berbagai jenis tumbuhan kayu yang berharga, misalnya jati, meranti, kruing, mahoni, dan sejenisnya.
2) Selalu hijau sepanjang tahun.
3) Bersifat heterogen. Selain itu, di wilayah Indonesia bagian Barat juga terdapat tumbuhan endemik (hanya ada di daerah tersebut), yaitu Raflesia arnoldi di Sumatra. Wilayah Indonesia bagian Barat juga banyak dijumpai kawasan hutan mangrove (hutan bakau), antara lain di pantai Timur Sumatra, pantai Barat dan Selatan Kalimantan, serta pantai Barat dan Utara Jawa.
Pulau
Jenis Flora
Sumatera
pinus, kamper, meranti, kayu besi, kayu manis, beringin, dan raflesia
Jawa
jati meranti, mahoni, beringin, pinang, bunga anggrek, dan bugenvil
Kalimantan 
ramin, kamper, meranti, besi, jelutung, bakau, pinus, dan rotan


b . Flora di Indonesia Bagian Tengah
Daerah peralihan meliputi wilayah Pulau Sulawesi dan kepulauan di sekitarnya serta Kepulauan Nusa Tenggara. Di kawasan ini tidak kita jumpai adanya hutan yang lebat. Jenis hutan yang ada hanyalah hutan semusim atau hutan homogen yang tidak begitu lebat, bahkan di kawasan Nusa Tenggara kita hanya akan menjumpai adanya sabana dan stepa. Sabana adalah padang rumput yang luas dengan tumbuhan kayu di sana-sini, sedangkan stepa adalah tanah kering yang hanya ditumbuhi semak belukar. Kondisi ini terjadi karena di wilayah Nusa Tenggara memiliki curah hujan yang relatif lebih sedikit bila dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia. Jenis tumbuhan yang mendominasi di wilayah Indonesia bagian tengah, antara lain, jenis palma, cemara, dan pinus.
Pulau
Jenis Flora
Sulawesi
eboni, kayu besi, pinus, kayu hitam, rotan, dan beberapa jenis bunga anggrek
Nusa Tenggara
jati, sandelwood, akasia, cendana, dan beberapa jenis bunga anggrek
Maluku
sagu, meranti, gotasa, kayu besi, lenggua, jati, kayu putih, dan anggrek

Pinus
c . Flora di Indonesia Bagian Timur
Flora di wilayah Indonesia bagian Timur didominasi oleh hutan hujan tropis. Akan tetapi, jenis tumbuhannya berbeda dengan jenis tumbuhan di wilayah Indonesia bagian Barat. Jenis flora di wilayah hutan hujan tropis bagian Timur memiliki kesamaan dengan flora di kawasan Benua Australia, sehingga jenis floranya bersifat Australis. Salah satu flora ciri khas di kawasan Indonesia Timur adalah anggrek.

      
2.      Pembagian Fauna
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiQSX6oVoM9qlUGO_ywBCTo3QjqFLehvyBjVKhyPtoHhVTbAtv8caz_cB1lV639HjXALrJxgKv_E_tjrg5d2GC72N9731kRVTuji9N7963zRET7OrmEOh5rETyOfXYTwCI0PLqWAXjLyYD/s640/geo110_01.gif
1.Fauna tipe Asiatis (Asiatic)
fauna tipe asiatis ini meliputi fauna yang berada wilayah Sumatera, kalimantan, Jawa, dan Bali. Di wilayah ini terdapat banyak jenis fauna yang menyusui dan berukuran besar. terdapat banyak jenis kera dan ikan air tawar serta tidak banyak memiliki jenis burung berwarna. Jenis fauna yang banyak ditemukan di wilayah ini antara lain : orang utan, monyet proboscis, badak, harimau, rusa, burung heron, dan burung merak

2. Fauna tipe Peralihan (Austral Asiatic)
meliputi fauna yang berada di wilayah Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara bagian Tengah. Di wilayah ini banyak terdapat hewan endemis. Jenis fauna yang banyak ditemukan di wilayah ini antara lain babi, rusa, kuda, kuskus, anoa, dan komodo

3.FaunatipeAustralis(Australic)
meliputi fauna yang terdapat di kepulauan Aru dan wilayah Papua. Di wilayah ini banyak ditemukan binatang menyusui yang berukuran kecil dan binatang berkantung. Jenis Fauna yang banyak ditemui di wilayah ini antara lain kanguru, burung cendrawasih, kakatua, nuri, kasuari, dan walabi.

 


3.      Mikroorganisme
Perkembangan Mikrobiologi
        Sejarah perkembangan mikrobiologi sebelum ilmu pengetahuan dapat dibagi menjadi tiga periode. Periode pertama, dimulai dengan terbukanya rahasia suatu dunia mikroorganisme melalui pengamatan Leeuwenhoek pada tahun 1675.  Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu di kalangan para ilmuwan mengenai asalmula kehidupan. Namun baru kurang lebih pada pertengahan tahun 1860an, ketika teori generatio spontanea dibuktikan ketidakbenarannya dan prinsip biogenesis diterima, pengetahuan mengenai mikroorganisme tidak lagi bersifat spekulatif semata-mata.
Perkembangan Teknik dan Cara Kerja di Laboratorium Mikrobiologi
Selama periode berikutnya antara tahun 1860 dan tahun 1900, banyak dilakukan penemuan dasar yang penting. Perkembangan teori nutfah panyakit dalam tahun1876, hal ini secara tiba-tiba menimbulkan minat terhadap prosedur laboratoris untuk mengisolasi dan mencirikan mikroorganisme. Didalam periode ini ditemukan banyak mikroorganisme penyebab penyakit serta metode-metode untuk mencegah dan mendiagnosis serta mengobati  penyakit-penyakit tersebut. Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi kedokteran membawa perombakan yang besar dan cepat di dalam praktik kedokteran.  Penelaah mikroorganisme di laboratorium dilakukan untuk berbagai tujuan. Misalnya untuk mengetahui identitas masing-masing mikroorganisme yang berbeda, atau proses biologi dasar yang dilakukan oleh mikroorganisme. Pada umumnya metode-metode yang tersedia bagi para mikrobiologiawan memungkinkan untuk pencirian mikroorganisme.
Aplikasi Mikrobiologi dalam Kehidupan Manusia
Mikroba memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena mikroba memberikan keuntungan sekaligus kerugian bagi manusia. Mikroba yang menguntungkan memungkinkan manusia untuk memanfaatkan jasa dan produknya sekaligus. Sementara itu mikroba yang merugikan dapat menyebabkan penyakit pada tanaman, hewan ternak, bahkan manusia itu sendiri.
Untuk meminimalkan kerugian yang ditimbulkan oleh mikroba, maka manusia menerapkan berbagai teknologi untuk mengendalikan populasi mikroba itu. Pengendalian dilakukan secara kimiawi, fisikawi, mekanis dan sebagainya.
Protista Prokariotik
Keragaman bakteri sangat luas. Tidak seperti organisme lain yang mempunyai kisaran cirri morfologi, fisiologi, dan metabolik yang seluas dan menyamai bakteri. Sebagai contoh, riketsia adalah parasit intraselular, yang sepenuhnya bergantung pada sel inang untuk melakukan beberapa proses vital ataupun untuk memperoleh produk tertentu. Sebaliknya, bakteri genus Thiobacillus memperoleh energi dari oksidasi sulfur dan memperoleh karbon dari karbondioksida. Mikoplasma bentuk tubuhnya sederhana, dan bentuk terkecil tidak dapat dilihat jelas dengan mikroskop cahaya. Sebaliknya, Streptomicetes tumbuh menjadi filamen dengan panjang lebih dari 100 m.
Protista Eukariotik
Algae adalah organisme eukariotik fotosintetik aerobik, yang mengandung klorofil a, klorofil lain, dan pigmen-pigmen fotosintetik lain. Pigmen-pigmen tersebut terletak di dalam kloroplas. Habitat algae di mana-mana, selama tersedia cahaya matahari, kelembagaan dan nutrien sederhana. Algae dapat uniselular atau multiselular dan dapat tertata dalam koloni filamen, atau bentuk-bentuk multiselular lainnya. Ada yang mikroskopik dan ada pula yang makrokospik.  Algae bereproduksi dengan cara aseksual dan seksual. Pada setiap tipe reproduksi mereka menggunakan banyak cara. Beberapa algae mempunyai daur hidup yang rumit yang mencakup cara-cara aseksual maupun seksual.
Protozoa mempunyai keragaman yang luas dalam ukuran dan bentuk. Beberapa spesies bersifat polimorfik. Banyak di antara mereka dapat membentuk sista, dan sista itu penting di dalama penularan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh protozoa. Secara struktural protozoa lebih rumit dan biasanya lebih besar daripada protista prokariotik. Reproduksi pada protozoa ialah melalui proses aseksual dan seksual, tergantung kepada spesies dan kondisi lingkungannya. Beberapa protozoa mempunyai daur hidup yang sangat rumit. Protozoa memperoleh makanannya melalui banyak cara. Beberapa adalah fotosintetik, yang lain menyerap nutrient terlarut dan yang lain lagi menelan partikel-partikel makanan padat.  Berdasarkan cara pengerakannya terdapat empat kelompok utama protozoa. Kelompok-kelompok ini adalah amoeba, siliata, flagelata, dan sporozoa. Protozoa yang penting secara medis dijumpai di dalam ke empat kelompok tersebut.  Klasifikasi fungi didasarkan pada ciri-ciri morfologis, terutama struktur-struktur yang berkaitan dengan reproduksi, yaitu spora aseksual dan seksual serta tubuh buahnya. Namun demikian identifikasi khamir uniselular, seperti halnya bakteri, membutuhkan evaluasi terhadap banyak ciri fisiologis dan reaksi-reaksi biokimia terutama pada gula.  Ada empat kelas fungi : Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Kebanyakan fungi yang merupakan patogen bagi manusia dijumpai dalam kelas Deuteromycetes. Meskipun bukan merupakan kelompok taksonomi tunggal, kapang lendir (Mycomycetes) merupakan sekumpulan mikroorganisme renik yang mempunyai ciri-ciri serta daur hidup morfogenetik (berubah bentuk) seperti amoeba.
Isolasi Mikroba
Kulturisasi bakteri untuk keperluan yang bermanfaat, pada umumnya dilakukan dengan biakan murni. Biakan murni hanya mengandung satu jenis. Untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni, umumnya digunakan dua prosedur yaitu: metode agar cawan dengan goresan dan metode agar tuang.  Biakan adalah medium yang mengandung organisme hidup. Medium itu menye-diakan zat makanan untuk pertumbuhan bakteri. Berbagai resep ramuan untuk membuat media telah dibuat untuk memungkinkan tumbuhnya jenis-jenis tertentu. Medium pilihan dan diferensial bermaafaat untuk memisahkan beberapa jenis. Identifikasi jenis menggunakan semua sifat yang berkaitan dengan jenis. Hal ini mencakup morfologi, daya gerak, sifat biokimianya, kebutuhan akan oksigen, reaksi pewarnaan Gram, dan beberapa diantaranya sifat kekebalan. Dalam pemeliharaan kultur terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sehingga tidak hanya mempertahankan sel agar tetap hidup, tetapi dapat juga memperta-hankan sifat-sifat genotip dan fenotipnya. Terdapat 3 metode dalam pemeliharaan kultur, antara lain penyimpanan kultur dengan cara pengeringan; metabolisme terbatas; dan penyimpanan kultur dengan cara liofilisasi. Metode yang sering digunakan adalah pengeringan beku.
Pertumbuhan dan Multiplikasi
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba. Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi umum pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan zat kimia toksik, panas atau radiasi. Metode pengukuran pertumbuhan yang sering digunakan adalah dengan menentukan jumlah sel yang hidup dengan jalan menghitung koloni pada pelat agar dan menentukan jumlah total sel/jumlah massa sel. Selain itu dapat dilakukan dengan cara metode langsung dan metode tidak langsung. Dalam menentukan jumlah sel yang hidup dapat dilakukan penghitungan langsung sel secara mikroskopik, melalui 3 jenis metode yaitu metode: pelat sebar, pelat tuang dan most-probable number (MPN). Sedang untuk menentukan jumlah total sel dapat menggunakan alat yang khusus yaitu bejana Petrof-Hausser atau hemositometer. Penentuan jumlah total sel juga dapat dilakukan dengan metode turbidimetri yang menentukan: Volume sel mampat, berat sel, besarnya sel atau koloni, dan satu atau lebih produk metabolit. Penentuan kuantitatif metabolit ini dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl.
Virus Bakterial
Bakteriofage (fage) adalah virus yang menginfeksi bakteri dan hanya dapat bereproduksi di dalam sel bakteri. Kemudahan relatif dalam penanganannya dan kesederhanaan infeksi fage bakteri membuatnya menjadi suatu sistem model bagi penelaahan patogenesitas virus maupun banyak masalah dasar di dalam biologi, termasuk biologi seluler dan molekular serta imunologi. Fage pada hakekatnya terdiri dari sebuah inti asam nukleat yang terkemas di dalam selubung protein pelindung. Reproduksi virus bakterial yang virulen mencakup urutan umum sebagai berikut: adsorbsi partikel fage, penetrasi asam nukleat, replikasi asam nukleat virus, perakitan partikel-partikel fage baru, dan pembebasan partikel-partikel fage ini di dalam suatu ledakan bersamaan dengan terjadinya lisis sel inang. Fage-fage virulen telah digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bakteri patogenik.
Virus Hewan dan Tumbuhan
Virus hewan dan virus tumbuhan adalah parasit intraseluler obligat yang sangat kecil. Setiap virion mempunyai sebuah inti pusat asam nukleat dikelilingi oleh kapsid. Secara morfologis, virus hewan dan virus tumbuhan dapat ikosashedral, helikal, bersampul atau kompleks. Proses replikasi virus dimulai dengan melekatnya virion pada sel inang. Peristiwa ini disusul dengan penetrasi dan pelepasan selubung, biosintesis komponen-komponen virus dan perakitan serta pematangan virion. Proses ini diakhiri dengan pembebasan virus dari sel inang.

Dasar-dasar Klasifikasi
Penelaahan mengenai organisme untuk menetapkan suatu sistem klasifikasi yang mencerminkan dengan sebaik-baiknya semua persamaan dan perbedaannya dinamakan taksonomi. Kegiatan di dalam penyusunan taksonomi mikroorganisme adalah pengklasifikasian, penamaan dan pengidentifikasi yang kesemuanya disebut dengan sistematika mikroba. Sistem klasifikasi biologi didasarkan pada hierarki taksonomi atau penamaan kelompok atau kategori yang menempatkan spesies pada satu ujung dunia dan di ujung dunia lainnya, dalam urutan: spesies – genus – famili ordo – kelas – filum atau divisi – dunia. Mikroorganisme, sebagaimana bentuk-bentuk kehidupan yang lain, diberi nama menurut nomenklatur sistem biner. Klasifikasi bakteri menurut Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology pada umumnya diterima secara internasional. Manual ini direvisi secara berkala untuk memanfaatkan pengetahuan baru melalui penelitian dengan mikroorganisme dan melalui teknik-teknik baru untuk menganilisis data yang diperoleh. Bergey’s Manual edisi kedelapan yang sekarang ini, membagi semua bakteri menjadi 19 bagian (kelompok), dan masing-masing dicirikan oleh sifat-sifat morfologi atau metabolik yang nyata. Tekanan diberikan pada pengelompokan bakteri yang memiliki ciri-ciri umum dan mudah dikenali. Tidak ada usaha untuk mengatur penempatan mikroorganisme yang mencerminkan skema suatu perkembangan evolusi, sebagaimana dilakukan pada edisi-edisi sebelumnya. Alasannya ialah karena dalam banyak hal pengetahuan kita mengenai mikroorganisme belum lengkap. Bakteri, sebagaimana tampak melalui uraian singkat mengenai 19 kelompok, memperlihatkan keragaman yang luas. Tidak ada organisme lain yang mempunyai kisaran ciri morfologi, fisiologi, dan metabolik yang seluas dan menyamai bakteri.
Enzim dan Metabolisme Bakteri
Klasifikasi enzim berlaku hanya untuk enzim-enzim tunggal, penamaan berdasarkan reaksi yang dikerjakan oleh enzim tersebut dan ditambah akhiran – ase. Menurut Comission on Enzymes of the International Union of Biochemistry terdapat enam kelas utama Enzim yaitu:
1.
Oksidoreduktase
—>
Reaksi transfer elektron (atau pemindahan atom hidrogen)
2.
Transferase
—>
Transfer gugusan fungsional (mencakup fosfat, amino,metil, dsb)
3.
Hidrolase
—>
Reaksi hidrolisis (penambahan molekul air untuk memecahkan ikatan kimiawi)
4.
Liase
—>
Penambahan ikatan ganda pada molekul dan pengusiran non hidrolitik gugusan kimia
5.
Isomerase
—>
Reaksi Isomerasi
6.
Ligase
—>
Pembentukan ikatan disertai pemecahan atau penambahan ATP
Keadaan yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah:
1.      Konsentrasi enzim.
2.      Konsentrasi substrat.
3.      pH dan
4.      Suhu
Setiap enzim berfungsi optimal pada pH dan temperatur tertentu. Suhu yang sangat rendah dapat menghentikan aktivitas enzim tetapi tidak menghancurkannya. Aktivitas enzim diatur melalui 2 cara yaitu
1.      Pengendalian katalisis secara langsung dan
2.      Pengendalian genetik.
Metabolisme pada bakteri pada dasarnya seperti yang terjadi pada sel-sel organisme lain secara umum. Reaksi metabolisme terdiri atas dua proses yang berlawanan. Metabolisme pertama adalah sintesis protoplasma dan penggunaan energi disebut anabolisme. Metabolisme kedua yaitu suatu proses oksidasi substrat yang diikuti perolehan energi disebut katabolisme.
            
3.  Garis Weber Dan Garis Wallace

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiQSX6oVoM9qlUGO_ywBCTo3QjqFLehvyBjVKhyPtoHhVTbAtv8caz_cB1lV639HjXALrJxgKv_E_tjrg5d2GC72N9731kRVTuji9N7963zRET7OrmEOh5rETyOfXYTwCI0PLqWAXjLyYD/s640/geo110_01.gif
Garis Wallace
Garis Wallace adalah sebuah sempadan hipotetis yang memisahkan wilayah geografi hewan Asia dan Australasia. Bagian barat dari garis ini berhubungan dengan spesies Asia; di timur kebanyakan berhubungan dengan spesies Australia. Garis ini dinamakan atas Alfred Russel Wallace, yang menyadari perbedaan yang jelas pada saat dia berkunjung ke Hindia Timur pada abad ke-19. Garis ini melalui Kepulauan Melayu, antara Borneo dan Sulawesi; dan antara Bali (di barat) dan Lombok (di timur). Adanya garis ini juga tercatat oleh Antonio Pigafetta tentang perbedaan biologis antara Filipina dan Kepulauan Maluku, tercatat dalam perjalanan Ferdinand Magellan pada 1521. Garis ini lalu diperbaiki dan digeser ke Timur (daratan pulau Sulawesi) oleh Weber. Batas penyebaran flora dan fauna Asia lalu ditentukan secara berbeda-beda, berdasarkan tipe-tipe flora dan fauna. Garis ini lalu dinamakan “Wallace-Weber”.

Garis weber
Garis Weber, garis batas antara Sulawesi dan Maluku, Halmahera dan di sebelah timur NTT dan Timor. ; Garis Weber adalah suatu garis keseimbangan hewan diantara garis Wallace disebelah barat dan garis Lydekher di sebelah Timur. Garis Weber : Garis khayal seolah-olah membatasi lingkungan hidup fauna Indonesia Tengah dengan Indonesia Timur (Australiatis).

4.      Keunikan Yang Dimiliki Oleh Hutan Hujan Tropis

Sebagian besar hutan alam di Indonesia termasuk dalam hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis mempunyai ciri khas yang berbeda dengan hutan-hutan lainnya. Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai 17.500 lebih pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Beragamnya tempat tumbuh dari hutan-hutan di Indonesia membuat Hutan tropis Indonesia mempunyai ciri khas yang khusus dibandingkan hutan di belahan bumi lainnya.
Banyak para ahli yang mendiskripsi hutan hujan tropis sebagai ekosistem spesifik, yang hanya dapat berdiri mantap dengan keterkaitan antara komponen penyusunnya sebagai kesatuan yang utuh. Keterkaitan antara komponen penyusun ini memungkinkan bentuk struktur hutan tertentu yang dapat memberikan fungsi tertentu pula seperti stabilitas ekonomi, produktivitas biologis yang tinggi, siklus hidrologis yang memadai dan lain-lain. Secara nyata di lapangan, tipe hutan ini memiliki kesuburan tanah yang sangat rendah, tanah tersusun oleh partikel lempung yang bermuatan negatif rendah seperti kaolinite dan illite.

Kondisi tanah asam ini memungkinkan besi dan almunium menjadi aktif di samping kadar silikanya memang cukup tinggi, sehingga melengkapi keunikan hutan ini. Namun dengan pengembangan struktur yang mantap terbentuklah salah satu fungsi yang menjadi andalan utamanya yaitu ”siklus hara tertutup” (closed nutrient cycling) dan keterkaitan komponen tersebut, sehingga mampu mengatasi berbagai kendala/keunikan tipe hutan ini (Withmore, 1975).

Kondisi tanah hutan ini juga menunjukkan keunikan dan ciri khas tersendiri. Aktivitas biologis tanah lebih bertumpu pada lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas biologis tersebut sekitar 80% terdapat pada top soil saja. Kenyataan-kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hutan hujan tropis merupakan ekosistem yang rapuh (fragile ecosystem), karena setiap komponen tidak bisa berdiri sendiri.

Disamping itu dijumpai pula fenomena lain yaitu adanya ragam yang tinggi antar lokasi atau kelompok hutan baik vegetasinya maupun tempat tumbuhnya (Marsono, 1991).
Dari ciri khas tersebut membuat hutan tropis di Indonesia sangat rentan terhadap kerusakan hutan. Kerusakan hutan tropis di Indonesia diperkirakan mencapai 2 juta hektar per tahun. Kerusakan hutan tropis di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor baik dari pihak yang hanya mencari keuntungan semata atau pun dari cara pengelolaan hutan tropis yang salah, karena tidak mengerti tentang karakteristik hutan tropis itu sendiri.

Usaha penanggulangan dan pencegahan kerusakan hutan tropis di Indonesia merupakan hal yang mendesak dilakukan. Jika tidak hutan tropis ini akan hilang akibat kegiatan-kegiatan penebangan hutan, pertambangan, pemukiman penduduk, pembukaan lahan pertanian, kebakaran hutan dan konversi dalam bentuk lain.
   
Banyak para ahli yang mendiskripsi hutan hujan tropis sebagai ekosistem spesifik, yang hanya dapat berdiri mantap dengan keterkaitan antara komponen penyusunnya sebagai kesatuan yang utuh. Keterkaitan antara komponen penyusun ini memungkinkan bentuk struktur hutan tertentu yang dapat memberikan fungsi tertentu pula seperti stabilitas ekonomi, produktivitas biologis yang tinggi, siklus hidrologis yang memadai dan lain-lain. Secara nyata di lapangan, tipe hutan ini memiliki kesuburan tanah yang sangat rendah, tanah tersusun oleh partikel lempung yang bermuatan negatif rendah seperti kaolinite dan illite.

Kondisi tanah asam ini memungkinkan besi dan almunium menjadi aktif di samping kadar silikanya memang cukup tinggi, sehingga melengkapi keunikan hutan ini. Namun dengan pengembangan struktur yang mantap terbentuklah salah satu fungsi yang menjadi andalan utamanya yaitu ”siklus hara tertutup” (closed nutrient cycling) dan keterkaitan komponen tersebut, sehingga mampu mengatasi berbagai kendala/keunikan tipe hutan ini (Withmore, 1975).

Kondisi tanah hutan ini juga menunjukkan keunikan dan ciri khas tersendiri. Aktivitas biologis tanah lebih bertumpu pada lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas biologis tersebut sekitar 80% terdapat pada top soil saja. Kenyataan-kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hutan hujan tropis merupakan ekosistem yang rapuh (fragile ecosystem), karena setiap komponen tidak bisa berdiri sendiri.

Disamping itu dijumpai pula fenomena lain yaitu adanya ragam yang tinggi antar lokasi atau kelompok hutan baik vegetasinya maupun tempat tumbuhnya (Marsono, 1991).

Dari ciri khas tersebut membuat hutan tropis di Indonesia sangat rentan terhadap kerusakan hutan. Kerusakan hutan tropis di Indonesia diperkirakan mencapai 2 juta hektar per tahun. Kerusakan hutan tropis di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor baik dari pihak yang hanya mencari keuntungan semata atau pun dari cara pengelolaan hutan tropis yang salah, karena tidak mengerti tentang karakteristik hutan tropis itu sendiri.
5.  Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati Di Indonesia
Keanekaragaman hayati di Indonesia memang cukup banyak. Hal itu terjadi karena Indonesia adalah negara tropis, tanah pun subur. Hutan hujan tropis adalah tempat dimana keanekaragaman hayati berada. Itulah alasan kenapa hutan hujan tropis sering disebut sebagai plasma nutfah. Ada juga keanekaragaman hayati seperti halnya di daerah Ujung Kulon, Pulau Komodo dan sebagainya dijadikan sebagai "World Herritage" karena daerah-daerah tersebut memiliki keanekaragaman yang tinggi dan khas.  Walaupun keanekaragaman hayati masih banyak di Indonesia, Juga banyak terdapat keanekaragaman hayati di indonesia yang sekarang terancam punah. Salah satunya adalah gambar yang ada di atas ini, "Harimau Sumatera". Bukan hanya itu, banyak juga tumbuhan dan binatang lain yang terancam punah, contoh binatang yang terancam punah adalah sebagai berikut:
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-3_bVF9uaG449ILyVRauignrwm7E30M-PrPjuQqWP6DlPluFCpaE-5DUVFSvkFjcalL6OJiggWfeFV8PdyGSOw5WwkA8vm2zZ6tRMOjW4vNViUTzSLUNC7BjRxsSjafW7FPfzIee9pWM/s200/Freycinetsepaulettesharkheaddetail.jpg     Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAv9ZHWXgGbmMHAGet5mhShvVc9v0Du-V7sRFk6NVE_GIu5JHplGycDPBXpl4UgrCfa3U4Xs2ggYHuRQTnWEBmPwaKO6DFNn_A3ugJT6Nk8pMvnrR3wZZNqWn-FQp8yvPcrT4rmL9JMPQ/s200/Maleostandingontreebranch.jpg      Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMx5RwL0iRpvED54AF5FINfBTVRspi3Pu5K0tizcEWrUeiuREA412o4LabBfJUdwLBY1RxmS1M8Jm_pzXB3JdTwpvD3RLRi815CmbXOfQOV9MAm4OvdReEl-uCyPSu7dOrXIeek1MrdKs/s200/Balistarlingperchedonbranch.jpg
Binatang-binatang di atas sudah hampir punah (langka). Tetapi, bukan binatang di atas saja yang sudah hampir punah, terdapat binatang lain juga yang langka, yaitu: Komodo, Ikan Solera Merah, Elang Jawa, Cendrawasih, Maleo, Badak Bercula Satu, Jalak Bali, dan sebagainya. Ada juga tumbuhan yang langka.Salah satunya adalah Kopi Anjing, Kepel, Anggrek Hitam, Bunga Bangkai, dan sebagainya.

Dari sini, pasti kita tahu penyebab kelangkaan tersebut. Salah satu penyebabnya adalah:
1) Tingkat reproduksi rendah
Pada hewan yang masa kehamilannya lama dan jumlah keturunan yang dilahirkan sedikit
2) Bencana Alam
Bencana alam dapat menyebabkan kerusakan ekosistem bahkan punahnya organisme tertentu.
3) Aktivitas Manusia
Beberapa aktivitas manusia yang menghancurkan ekosistem tertentu sehingga keanekaragaman hayati mati.
contohnya:
-Pemburuan dan penangkapan hewan secara liar terus menerus.
-Penangkapan hewan yang ada di laut dengan cara yang salah seperti dengan menggunakan bahan kimia, listrik, dan lain-lain.
-Penebangan hutan secara liar mengakibatkan rusaknya hutan dan punahnya flora dan fauna
-Mengembangkan flora dan fauna tertentu sehingga ekosistem menjadi tidak seimbang.
-Mendatangkan flora dan fauna tertentu dari negara lain dan mengembangkannya.

 Jika banyak penyebab keanekaragaman hayati tersebut langka, seharusnya ada usaha untuk melestarikan keanekaragaman hayati tersebut.Usaha pelestarian(konservasi) dapat dilakukan di habibat asli (in situ) ataupun di luar habibat asli (ex situ).
Konservasi in situ merupakan upaya pelestarian di habibat asli, sedangkan konservasi ex situ
dilakukan di luar habibat asli. Contoh pelestarian habibat asli adalah taman nasional yang melindungi hewan-hewan dan burung beraneka ragam,sedangkan pelestarian di luar habibat asli adalah kebun binatang,kebun botani yang melindungi aneka tumbuhan, dan plasma nuftah yaitu kumpulan flora dan fauna yang terdapat di alam danmasih membawa sifat-sifat yang asli, seperti koleksi padi,koleksi jagung, koleksi biji legume. Macam-macam Bentuk (Upaya Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati) Usaha pelestarian sumber daya alam hayati tidak lepas dari usaha pelestarian lingkungan hidup. Usaha-usaha dalam pelestrian lingkungan hidup bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, melainkan tanggung jawab kita semua.Untuk menggalakkan perhatian kita kepada pelestarian lingkungan hidup,maka setiap tanggal 5 Juni diperingati sebagai Hari Lingkungan Sedunia.  Ditingkat Internasional, peringatan Hari Lingkungan Hidup ditandai dengan pemberian penghargaan kepada perorangan ataupun kelompok atas sumbangan praktis mereka yang berharga bagi pelestarian lingkungan atau perbaikan lingkungan hidup di tingkat lokal, nasional, dan internasional.Penghargaan ini diberi nama "Global 500" yang diprakarsai Program Lingkungan PBB (UNEP = United Nation Environment Program). Di tingkat nasional, Indonesia tidak ketinggalan dengan memberikan hadiah, sebagai berikut.

a)      Kalpataru: Hadiah Kalpataru diberikan kepada berikut ini:
1. Perintis lingkungan hidup,yaitu mereka yang telah mempelopori untuk mengubah lingkungan hidup yang kritis menjadi subur kembali.
2. Penyelamat lingkungan hidup,yaitu mereka yang telah menyelamatkan lingkungan hidup yang rusak.
3. Pengabdi lingkungan hidup,yaitu petugas-petugas yang telah mengabdikan dirinya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

1. Pelestarian Keanekaragaman Hayati secara In situ
Pelestarian Keanekaragaman Hayati secara In situ yaitu suatu upaya pelestarian sumber daya alam hayati di habitat atau tempat aslinya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan karakteristik tumbuhan atau hewan tertentu sangat membahayakan kelestariannya apabila dipindahkan ke tempat lainnya. Contohpelestarian Keanekaragaman Hayati secara In situ sebagai berikut.
a. Suaka margasatwa untuk komodo di Taman Nasional Komodo, Pulau Komodo.
b. Suaka margasatwa untuk badak bercula satu di Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa Barat.
c. Pelestarian bunga Rafflesia di Taman Nasional Bengkulu.
d. Pelestarian terumbu karang di Bunaken.
2. Pelestarian Keanekaragaman Hayati secara Ek situ,
pelestarian Keanekaragaman Hayati secara Ek situ yaitu suatu upaya pelestarian yang dilakukan dengan memindahkan ke tempat lain yang lebih cocok bagi perkembangan kehidupannya. Contoh pelestarian Keanekaragaman Hayati secara Ek situ sebagai berikut.
a. Kebun Raya dan Kebun Koleksi untuk menyeleksi berbagai tumbuhan langka dalam rangka melestarikan plasma nuftah.
b. Penangkaran jalak bali di kebun binatang Wonokromo. Salah satu cara untuk ikut melestarikan keanekaragaman hayati secara nyata dan untuk pemenuhan kebutuhan dapur dan tanaman obat maka kita dapat membuat kebun tanaman obat, baik di sekolah ataupun di rumah kita sendiri. Dengan menggalakkan kebun tanaman obat ini, diharapkan tidak akan terjadi kelangkaan tanaman obat akibat kecenderungan mengkonsumsi obat-obatan kimia dan meninggalkan fungsi tanaman obat-obatan tradisional bagi kesehatan kita. Klasifikasi merupakan suatu cara untuk mengelompokkan makhluk hidup. Dalam pengelompokkan makhluk hidup diperlukan aturan, yaitu dasar yang digunakan untuk pengelompokkan, seperti persamaan dan perbedaan ciri-ciri serta sifat makhluk hidup, yang meliputi ciri morfologis, anatomis, biokimia, dan reproduksinya. Pengelompokan makhluk hidup yang sudah menggunakan aturan tertentu ini disebut sistematika.

3. Peranan pemerintah dalam menjaga kelestarian hayati di Indonesia.
a. Perlindungan Alam Umum
Perlindungan alam umum merupakan perlindungan terhadap fl ora, fauna, dan tanahnya. Perlindungan alam umum dibagi menjadi tiga, yaitu perlindungan alam ketat, perlindungan alam terbimbing, dan taman nasional. Perlindungan alam ketat adalah perlindungan alam tanpa campur tangan manusia, kecuali apabila dipandang perlu. Jadi, dalam perlin dungan ini, alam dibiarkan berkembang dengan sendirinya. Tujuan perlindungan ini untuk penelitian ilmiah. Contohnya adalah cagar alam Ujung Kulon sedangkan perlindungan alam terbimbing adalah perlindungan alam oleh para ahli. Contohnya adalah Kebun Raya Bogor. Kedua perlindungan alam tersebut biasanya berupa areal atau wilayah yang relatif sempit. Berbeda dengan perlindungan alam, taman nasional (national park) merupakan perlindungan terhadap keadaan alam yang meliputi daerah yang sangat luas, di mana tidak diperbolehkan dibangun rumah tinggal atau untuk kepentingan industri. Namun demikian, taman nasional dapat difungsikan sebagai tempat rekreasi dan wisata, asalkan tidak mengubah keseimbangan ekosistem. Contohnya adalah Taman Safari Bogor. Berdasarkan hasil konggres internasional pada tahun 1982, ditetapkan enam belas Taman Nasional (T.N.) di Indonesia. Keenambelas taman nasional tersebut adalah:
1. T. N. Kerinci (Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu) 1.485.000 hektar.
2. T. N. Gunung Leuser (Sumatera Utara, Aceh) 793 hektar.
3. T. N. Barisan Selatan (Lampung, Bengkulu) 365.000 hektar.
4. T. N. Tanjung Puting (Kalimantan Tengah) 355.000 hektar.
5. T. N. Drumoga Bone (Sulawesi Utara) 300.000 hektar.
6. T. N. Lorelindu (Sulawesi Tengah) 231.000 hektar.
7. T. N. Kutai (Kalimantan Timur) 200.000 hektar.
8. T. N. Manusela Wainua (Maluku) 189.000 hektar.
9. T. N. Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) 108.000 hektar.
10. T. N. Ujung Kulon (Jawa Barat) 79.000 hektar.
11. T. N. Besakih (Bali) 78.000 hektar.
12. T. N. Pulau Komodo (Nusa Tenggara Barat) 75.000 hektar.
13. T. N. Bromo, Tengger, Semeru (Jawa Timur) 58.000 hektar.
14. T. N. Meru Betiri (Jawa Timur) 50.000 hektar.
15. T. N. Baluran (Jawa Timur) 25.000 hektar.
16. T. N. Gunung Gede, Pangrango (Jawa Barat) 15 hektar.
Berbagai taman nasional tersebut memiliki jenis-jenis hayati yang khas. Contohnya adalah T. N. Pulau Komodo yang melindungi biawak komodo (Varanus komodoensis). Sedangkan T. N. Gunung Gede Pangangro adalah taman nasional yang di bawahnya ada Kebun Raya
Cibodas. Untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia, maka pemerintah melakukan beberapa hal, yaitu menetapkan konservasi lingkungan, meliputi cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, taman raya, dan taman perburuan. Tiap-tiap jenis konservasi tersebut memiliki prinsip pengelolaan yang berbeda. Setiap jenis konservasi memiliki nilai manfaat tertentu. Cagar alam berfungsi sebagai kantung plasma nutfah (penyimpanan gengen tiap jenis makhluk hidup). Hal ini bertujuan untuk mencegah punahnya makhluk hidup. Selain itu, cagar alam juga menjadi habitat (tempat hidup) satwa liar dan tumbuhan, pusat pengaturan sistem air, tempat pengungsian satwa, tempat penelitian dan pendidikan, dan referensi (pusat rujukan). Sedangkan fungsi utama taman buru, yaitu sebagai tempat pengembangan ekonomi kepariwisataan, pusat pendidikan, tempat perburuan, tempat koleksi tumbuhan dan satwa, dan penunjang devisa daerah dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan.
b. Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu
Perlindungan alam dengan tujuan tertentu merupakan perlindungan dengan tujuan khusus. Kekhususan tersebut berlatar belakang dari potensi yang ada di kawasan yang bersangkutan. Macam-macam perlindungan tersebut adalah seba gai berikut.
1) Perlindungan alam geologi
Perlindungan alam geologi yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi formasi geologi tertentu, misalnya batuan.
2) Perlindungan alam botani
Perlindungan alam botani yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi komunitas tumbuhan tertentu, misalnya Kebun Baya Bogor.
3) Perlindungan alam zoologi
Perlindungan alam zoologi yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi hewan langka dan mengembangkannya dengan cara memasukkan hewan sejenis ke daerah lain, misalnya cagar alam Ujung Kulon.
4) Perlindungan alam antropologi
Perlindungan alam antropologi yaitu per lindungan alam dengan tujuan melindungi suku bangsa terisolir, misal suku Indian di Amerika, suku Asmat di Irian, dan suku Badui di Banten Selatan.
5) Perlindungan pemandangan alam
Perlindungan pemandangan alam yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi keindahan alam, misalnya lembah sianok di Sumatra barat.
6) Perlindungan monumen alam
Perlindungan monumen alam yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi benda-benda alam, misalnya stalagtit dan stalagmit dalam gua serta air terjun.
7) Perlindungan suaka margasatwa
Perlindungan suaka margasatwa yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi hewan-hewan yang terancam punah, misalnya badak, gajah, dan harimau Jawa.
 Perlindungan hutan
Perlindungan hutan yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi tanah, air, dan perubahan iklim.
9) Perlindungan ikan
Perlindungan ikan yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi ikan yang terancam punah.

Pelestarian in situ merupakan pelestarian alam yang dilakukan di habitat aslinya. Pelestarian ini dapat berupa pembuatan taman wisata, taman nasional, dan hutan lindung. Sementara itu, pelestarian ex situ merupakan pelestarian alam yang dilakukan bukan di habitat aslinya. Contoh pelestarian ex situ adalah kebun koleksi, kebun botani, kebun binatang, dan kebun plasma nutfah. Di kebun koleksi, dikumpulkan plasma nutfah unggul semua varietas dari spesies tertentu sesuai tujuan pelestarian. Contoh kebun koleksi adalah Kebun Koleksi Kelapa di Bone-Bone. Di kebun botani dikumpulkan berbagai jenis tumbuhan sehingga di lahan yang terbatas dapat ditemukan ribuan jenis tumbuhan.

Jika sebagian besar masyarakat Indonesia melakukan aktivitas eksploitasi sumber daya hayati secara terus-menerus tanpa diimbangi dengan usaha pelestarian maka dalam waktu yang relatif singkat sumber daya hayati akan punah.Maka dari itu kita harus melestarikannya dengan berbagai cara :
·       Cagar Alam
Cagar alam adalah kawasan perlindungan alam yang memiliki tumbuhan, hewan, dan ekosistem yang khas sehingga perlu dilindungi.Perkembangan dan pertumbuhan hewan dan tumbuhan, berlangsung secara alami. Sesuai dengan fungsinya cagar alam dapat dimanfaatkan untuk penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan wisata.
Terdapat dua jenis cagar alam yaitu cagar alam darat dan cagar alam laut. Di Indonesia cagar alam darat antara lain : Cagar Alam Morowali di Sulawesi tengah, Cagar Alam Nusa Kambangandi Jawa Tengah, Cagar Alam Gunung Papandayan di Jawa Barat, Cagar Alam Dolok Sipirok di Sumatera Utara, Cagar Alam Hutan Pinus Janthoi di NAD (Aceh). Sedangkan cagar alam laut antara lain : Cagar Alam Kepulauan Aru Tenggara di Maluku, Cagar Alam Pulau Anak Krakatau di Lampung, dan Cagar Alam Kepulauan Karimata di Kalimantan Barat.  
·       Suaka Margasatwa
Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang memiliki ciri khas berupa keanekaragaman dan keunikan jenis satwa, dan untuk kelangsungan hidup satwa dapat dilakuakn pembinaan terhadap habitatnya.
Di Indonesia suaka margasatwadarat antara lain : Suaka Margasatwa Rawa Singkil di NAD (Aceh), Suaka Margasatwa Padang Sugihan di Sumatera Selatan, Suaka Margasatwa Muara Angke di DKI Jakarta, Suaka Margasatwa Tambora Selatan di Nusa Tenggara Barat, Suaka Margasatwa Lamandau di Kalimantan Tengah, dan Suaka Margasatwa Buton di Sulawesi Tenggara. Sedangkan Suaka Margasatwa laut antara lain : Suaka Margasatwa Kepulauan Panjang di Papua, Suaka Margasatwa Pulau Kassa di Maluku, dan Suaka Margasatwa Foja di Papua.
·       Taman Nasional
Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli yang dikelola dengan sistem zonasi.
Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan wisata.
Terdapat dua jenis taman nasional, yaitu taman nasional darat dan taman nasional laut. Taman nasional darat antara lain ; Taman Nasional Leuser di Sumatera Utara, Taman Nasional Ujung Kulon di Banten, Taman Nasional Meru Betiri di Jawa Timur, dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di Riau. Sedangkan taman nasional laut antara lain ; Taman Nasional Kepulauan Seribu di DKI Jakarta, Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur, dan Taman Nasional Bunaken di Sulawesi Utara.
·       Konservasi In-Situ
Konservasi in situ berarti konservasi dari spesies target ‘di tapak (on site)’, dalam ekosistem alami atau aslinya, atau pada tapak yang sebelumnya ditempat oleh ekosistem tersebut. Khusus untuk tumbuhan meskipun berlaku untuk populasi yang dibiakkan secara alami, konservasi in situ mungkin termasuk regenerasi buatan bilamana penanaman dilakukan tanpa seleksi yang disengaja dan pada area yang sama bila benih atau materi reproduktif lainnya dikumpulkan secara acak.
Secara umum, metode konservasi in situ memiliki 3 ciri:
·         Fase pertumbuhan dari spesies target dijaga di dalam ekosistem di mana mereka terdapat secara alami;
·         Tataguna lahan dari tapak terbatas pada kegiatan yang tidak memberikan dampak merugikan pada tujuan konservasi habitat;
·         Regenerasi target spesies terjadi tanpa manipulasi manusia atau intervensi terbatas pada langkah jangka pendek untuk menghindarkan faktor-faktor yang merugikan sebagai akibat dari tataguna lahan dari lahan yang berdekatan atau dari fragmentasi hutan. Contoh dari manipulasi yang mungkin perlu pada ekosistem yang telah berubah adalah regenerasi buatan menggunakan spesies lokal dan pengendalian gulma secara manual atau pembakaran untuk menekan spesies yang berkompetisi.
Persyaratan kunci untuk konservasi in situ dari spesies jarang (rare species) adalah penaksiran dan perancangan ukuran populasi minimum viable (viable population areas) dari target spesies. Untuk menjamin konservasi diversitas genetik yang besar di dalam spesies, beberapa area konservasi mungkin diperlukan, jumlah yang tepat dan ukurannya akan tergantung kepada distribusi diversitas genetik dari spesies yang dikonservasi. Penjagaan dan berfungsinya ekosistem pada konservasi in situ tergantung kepada pemahaman beberapa interaksi ekologi, terutama hubungan simbiotik di antara tumbuhan atau hewan, penyebaran biji, jamur yang berasosiasi dengan akar dan hewan yang hidup di dalam ekosistem.

·       Konversi Ex-Situ
Konservasi ex situ merupakan metode konservasi yang mengonservasi spesies di luar distribusi alami dari populasi tetuanya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya atau bagiannya di bawah perlindungan manusia. Kebun botani (raya), arboretum, kebun binatang dan aquarium merupakan metode konservasi ex situ konvensional. Fasilitas ini menyediakan bukan hanya tempat terlindung dari spesimen spesies langka tetapi juga memiliki nilai pendidikan. Fasilitas ini memberikan informasi bagi masyarakat mengenai status ancaman pada spesies langka dan faktor-faktor yang menimbulkan ancaman dan membahayakan kehidupan spesies (Irwanto, 2007).
Irwanto (2007) lebih lanjut menjelaskan bentuk yang paling umum untuk konservasi ex situ untuk pohon adalah tegakan hidup. Tegakan seperti ini sering kali bermula dari koleksi sumber benih dan dipelihara untuk pengamatan. Ukuran tegakan mungkin berkisar dari spesimen dalam kebun botani (raya) dan arboretum, sampai dengan beberapa pohon ornamental pada plot-plot kecil, atau plot-plot yang lebih besar untuk pohon. Tegakan hidup yang cukup luas untuk tujuan konservasi misalnya apa yang dinamakan tegakan konservasi. Ini merupakan konservasi yang bersifat evolusinari dan berlawanan dengan konservasi statik dalam arti memiliki tujuan mendukung perubahan genetik sejauh hal ini berkontribusi pada adaptasi yan berkelanjutan. Konservasi evolusinari ini memiliki ciri:
·         Pohon-pohon bereproduksi melalui benih dari satu generasi ke generasi berikutnya; gen akan terkonservasi tetapi genotipe tidak, karena rekombinasi gen akan terjadi pada setiap generasi.
·         Intervensi manusia bila ada, dirancang untuk memfasilitasi proses genetik yang moderat daripada menghindarkannya.
·         Variasi genetik di antara populasi dari lingkungan yang berbeda secara umum dipertahankan.
·       Pemanfaatan keanekaragaman hayati melalui usaha pelestarian
·         Tebang pilih, yaitu penebangan pohon secara selektif (terpilih) bagi pohon-pohon yang memenuhi persyaratan untuk ditebang, baik dari segi umur, ketersediaan jenisnya, maupun jumlahnya.
·         Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan bekas tebangan dengan tumbuhan yang masih muda.
·         Perburuan musiman, yaitu pemanfaatan SDA pada musim tertentu, yaitu menghindari berburu pada musim kawin, masa hamil, atau masa beranak.
·         Penganekaragaman bahan pangan, yaitu pemanfaatan SDA sebagai bahan pangan secara bervariasi dengan menghindari penggunaan bahan makanan satu jenis saja sehingga tidak menghabiskan jenis tersebut.
·       Pelestarian keanekaragaman hayati melalui usaha perlindungan
·         Perlindungan alam, dalam usaha menjaga kelestarian alam. Ada 2 cara, yaitu:

a) pelestarian in situ,
yaitu pelestarian alam di habitat aslinya. Misalnya taman wisata, taman nasional, dan hutan lindung.
b) pelestarian ex situ,
pelestarian alam bukan di habitat aslinya. Misalnya kebun koleksi, kebun botani, kebun binatang, dan kebun plasma nuftah.
·         Macam-macam perlindungan alam
a.   perlindungan alam umum,
yaitu secara terbimbing oleh para ahli atau diarahkan (seperti Kebun Raya Bogor dan Taman Nasional), dan secara ketat yang sesuai kehendak alam tanpa adanya campur Tangan manusia kecuali jika diperlukan..
b.   perlindungan alam khusus,
yaitu yang ditujukan kepada satu atau beberapa unsure alam tertentu. Contohnya: perlindungan botani, perlindungan zoology, perlindungan geologi, perlindungan alam antropologi, dan perlindungan ikan.
c.    Perlindungan satwa langka,
yaitu yang dikenal dengan suaka marga satwa. Cara pelestariannya diantaranya:
ü  dibuat undang-undang perburuan serta tindakan hukuman bagi pelanggar.
ü  membiarkan hewan-hewan langka yang hamper punah.
ü  memindahkan hewan langka yang hamper punah ke habitat yang lebih cocok.

·         Mempelajari keanekaragaman hayati tanpa dan dengan cara klasifikasi
Bila kita mempelajari keanekaragaman hayati tanpa klasifikasi, akan memungkinkan terjadinya kerancuan pengertian dalam menunjuk suatu jenis makhluk hidup, misalnya burung gereja di Belanda musch, di Inggris house sparrow, di Amerika english sparrow, di Spanyol gorrion, di Jerman hausspreling. Bahkan dalam satu negara sering dijumpai spesies hewan atau tumbuhan memiliki nama daerah berbeda-beda, misalnya burung merpati di Jawa Tengah doro, di Madura dere, di Bali kedis dedare, dan di Jawa Barat japati. 

6.  Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia
A. PENDAHULUAN
Keragaman hayati (biodiversity atau biological diversity) merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kekayaan berbagai bentuk kehidupan di bumi ini mulai dari organisme bersel tunggal sampai organisme tingkat tinggi. Keragaman hayati mencakup keragaman habitat, keragaman spesies (jenis) dan keragaman genetik (variasi sifat dalam spesies).
Masyarakat dimanapun berada merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai organisme lain yang ada pada habitat tersebut dan membentuk suatu sistem ekologi dengan ciri saling tergantung satu sama lain. Masyarakat secara alamiah telah mengembangkan pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh kehidupan dari keragaman hayati yang ada di lingkungannya baik yang hidup secara liar maupun budidaya. Misalnya masyarakat pemburu memanfaatkan ribuan jenis hewan dan tumbuhan untuk makanan, obat-obatan dan tempat berteduh. Masyarakat petani, peternak dan nelayan mengembangkan pengetahuan dan teknologi untuk memanfaatkan keragaman hayati di darat, sungai, danau dan laut untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup mulai dari makanan, pakaian, perumahan sampai obat-obatan. Masyarakat industri memanfaatkan keragaman hayati untuk menghasilkan berbagai produk industri seperti tekstil, industri makanan, kertas, obat-obatan, pestisida, kosmetik. Ilustrasi ini menggambarkan bagaimana keragaman hayati sangat erat hubungannya dengan masyarakat tanpa memandang tingkatan penguasaan teknologi, status sosial ekonomi maupun budaya. Dengan demikian, keragaman hayati adalah tulang punggung kehidupan, baik dari segi ekologi, sosial, ekonomi maupun budaya.
Indonesia adalah salah satu pusat keragaman hayati terkaya didunia. Di Indonesia terdapat sekitar 25.000 spesies tumbuhan berbunga (10% dari tumbuhan berbunga dunia). Jumlah spesies mamalia adalah 515 (12% dari jumlah mamalia dunia). Selain itu ada 600 spesies reptilia; 1500 spesies burung dan 270 spesies amfibia. Diperkirakan 6.000 spesies tumbuhan dan hewan digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada sekitar 7.000 spesiers ikan air tawar maupun laut merupakan sumber protein utama bagi masyarakat Indonesia (Shiva, 1994).
Keanekargaman hayati Indonesia adalah sumber daya yang penting bagi pembangunan nasional. Sifatnya yang mampu memperbaiki diri merupakan keunggulan utama untuk dapat di manfaatkan secara berkelanjutan. Sejumlah besar sektor perekonomian nasional tergantung secara langsung ataupun tak langsung dengan keanekaragaman flora-fauna, ekosistem alami dan fungsi-fungsi lingkungan yang dihasilkannya. Konservasi keanekaragaman hayati, dengan demikian sangat penting dan menentukan bagi keberlanjutan sektor-sekrtor seperti kehutunan, pertanian, dan perikanan, kesehatan, ilmu pengetahuan, industri dan kepariwisataan, serta sektor-sektor lain yang terkait dengan sektor tersebut.
1.      MANFAAT SOSIAL
Indonesia memiliki sekitar 350 suku dengan keanekaragaman agama, kepercayaan dan adat istiadat. Dalam upacara ritual keagamaan atau adat, banyak digunakan keanekaragaman hayati. Contohnya umat Islam menggunakan sapi dan kambing dewasa pada setiap hari raya Qurban, sedangkan umat Kristen memerlukan pohon cemara setiap Natal. Umat Hindu membutuhkan berbagai spesies keanekaragaman hayati untuk setiap upacara keagamaan yang dilakukan.
Budaya Keanekaragaman hayati dapat dikembangkan sebagai tempat rekreasi atau pariwisata, di samping untuk mempertahankan tradisi. Banyak spesies pohon di Indonesia yang dipercaya sebagai pengusir roh jahat atau tempat tinggal roh jahat seperti beringin dan bambu kuning (di Jawa). Upacara kematian di Toraja menggunakan berbagai spesies tumbuhan yang dianggap mempunyai nilai magis untuk ramuan memandikan mayat. Misalnya limau, daun kelapa, pisang, dan rempah-rempah lainnya. Pada upacara Ngaben di Bali digunakan 39 spesies tumbuhan. Dari 39 spesies tersebut banyak tumbuhan yang tergolong sebagai penghasil minyak atsiri dan bau harum seperti kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih, dan cendana. Jenis lain, yaitu dadap dan tebu hitam diperlukan untuk menghanyutkan abu ke sungai.
Masyarakat Indonesia ada yang menetap di wilayah pegunungan, dataran rendah, maupun dekat dengan wilayah perairan. Masyrakat tersebut telah terbiasa dan menyatu dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Kegiatan memanen hasil hutan maupun pertanian merupakan kebiasaan yang khas bagi masyarakat yang tinggal di pegunungan atau dataran tinggi.  Masyarakat tersebut yang hidup berdekatan dengan laut, sungai, dan hutan memiliki aturan tertentu dalam upaya memanfaatkan tumbuhandan hewan. Masyarakat memiliki kepercayaan tersendiri mengenai alam. Dengan adanya aturan-aturan tersebut, keanekaragaman hayati akan terus terjaga kelestariannya.
2.      MANFAAT EKONOMI
Jenis hewan (fauna) dan tumbuhan (flora) dapat diperbarui dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Beberapa jenis kayu memiliki manfaat bagi kepentingan masyarakay Indonesia maupun untuk kepentingan ekspor. Jenis kayu-kayu tersebut antara lain adalah kayu ramin, gaharu, meranti, dan jati jika di ekspor akan menghasilkan devisa bagi negara. Beberapa tumbuhan juga dapat dijadikan sebagai sumber makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin serta ada tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat-oabatan dan kosmetika. Sumber daya yang berasal dari hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan dan untuk kegiatan industri. Dua pertiga wilayah Indonesia adalah perairan yang dapat dijadikan sumber daya alam yang bernilai ekonomi. Laut, sungai, dan tambak merupakan sumber-sumber perikanan yang berpotensi ekonomi. Beberapa jenis diantaranya dikenal sebagai sumber bahan makanan yang mengandung protein.
3.       MANFAAT EKOLOGI
Keanekaragaman hayati merupakan komponen ekosistem yang sangat penting, misalnya hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki nilai ekologis atau nilai lingkungan yang penting bagi bumi, antara lain: a. Merupakan paru-paru bumi Kegiatan fotosintesis hutan hujan tropis dapat menurunkan kadar karbondioksida (CO2) di atmosfer, yang berarti dapat mengurangi pencemaran udara dan dapat mencegah efek rumah kaca. b. Dapat menjaga kestabilan iklim global, yaitu mempertahankan suhu dan ke lembaban udara.
Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.
Tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh organisme lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus, menyimpan air tanah, dan mencegah erosi. Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh ekosistem. Ekosistem dengan keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem yang tidak stabil. Bagi manusia, keanekaragaman yang tinggi merupakan gudang sifat-sifat unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan di kemudian hari.

4.      MANFAAT FARMASI
Manusia telah lama menggunakan sumber daya hayati untuk kepentingan medis.  Sedikitnya ada 5.100 spesies tumbuhan digunakan masyarakat untuk ramuan obat cina. Sekitar 80% penduduk di Dunia ketiga (lebih kurang 3 milyar) tergantung pada pengobatan tradisonal (Shiva, 1994). Selain pengobatan tradisional, pengobatan moderenpun sangat tergantung pada keragaman hayati terutama tumbuhan dan mikroba.
Masyarakat Aborigin Australia misalnya, menggunakan banyak sekali tanaman lokal sebagai obat-obatan.   Sebagian kecil obat-obatan Aborigin telah dipergunakan secara luas sebagai obat-obatan di Barat, seperti minyak eukaliptus untuk melegakan infeksi jalur pernafasan, akan tetapi saat ini lebih banyak lagi yang sedang diteliti. Sumber daya dari tanaman liar, hewan dan mikroorganisme juga sangat penting dalam pencarian bahan-bahan aktif bidang kesehatan.  Banyak obat-obatan yang digunakan saat ini berasal dari tanaman;  beberapa antibiotik, berasal dari mikroorganisme, dan struktur kimia baru ditemukan setiap saat.
5.      MANFAAT INDUSTRI
Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan (dapat mendatangkan devisa untuk industri). Misalnya untuk bahan baku industri, rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan-bahan industri misalnya: kayu gaharu dan cendana untuk industri kosmetik, kayu jati dan rotan untuk meubel, teh dan kopi untuk industri minuman, gandum dan kedelai untuk industri makanan, dan ubi kayu untuk menghasilkan alcohol. Rempah-rempah, misalnya lada, vanili, cabai, bumbu dapur. Perkebunan misalnya: kelapa sawit dan karet.
6.      MANFAAT ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Kekayaan aneka flora dan fauna sudah sejak lama dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak jenis hewan dan tumbuhan yang belum dipelajari dan belum diketahui manfaatnya. Dengan demikian keadaan ini masih dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pengetahuan dan penelitian bagi berbagai bidang pengetahuan. Misalnya penelitian mengenai sumber makanan dan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan.
Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu yang sangat berguna untuk kehidupan manusia. Masih banyak yang bisa dipelajari tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya hayati secara lebih baik, bagaimana menjaga dasar genetik dari sumber daya hayati yang terpakai, dan bagaimana untuk merehabilitasi ekosistem yang terdegradasi.  Daerah alami menyediakan laboratorium yang baik sekali untuk studi seperti ini, sebagai perbandingan terhadap daerah lain dengan penggunaan sistem yang berbeda, dan untuk penelitian yang berharga mengenai ekologi dan evolusi.  Habitat yang tidak dialih fungsikan seringkali penting untuk beberapa pendekatan tertentu, menyediakan kontrol yang diakibatkan oleh perubahan mengenai sistem pelelolaan yang berbeda dapat diukur dan dilakukan.
7.       ANALISIS
Tumbuhan, hewan dan mikroorganisme penghuni bumi ini, saling berinteraksi didalam lingkungan fisik suatu ekosistem, merupakan fondasi bagi pembangunan berkelanjutan. Sumber daya hayati dari kekayaan kehidupan ini mendukung kehidupan manusia dan memperkaya aspirasi serta memungkinkan manusia untuk beradaptasi dengan peningkatan kebutuhan hidupnya serta perubahan lingkunganya.
Pada saat manusia memasuki revolusi industri, ada kurang lebih 850 juta jenis flora-fauna yang bersama-sama menghuni bumi. Pada saat ini, dengan populasi manusia sekitar enam kali, dan dengan tingkat konsumsi sumber daya yang berlipat jauh lebih besar, peningkatan kapasitas alam melalui upaya budi daya dan pengelolaan sumber daya tidak mampu mengikuti peningkatan pertumbuhan populasi dan kebutuhan hidupnya.
Dari komponen-komponen keanekaragaman hayati, baik diperoleh langsung dari alam maupun melalui budi-daya, umat manusia memperoleh semua bahan pangan dan sejumlah besar obat-obatan, serat bahan baku industi. Sumbangan perekonomian dari pemanenan komponen keanekaragaman hayati dari alam saja telah mennyumbang empat setengah persen GDP Amerika, atau bernilai 87 milyar dollar pada akhir tahun 1970. Perikanan lepas pantai, yang berasal dari jenis-jenis non budi daya telah menyumbang sekitar 100 juta ton bahan pangan. Pada beberapa negara berkembang masyarakat masih mencari bahan kebutuhan pangan pokok mereka dari alam. Umbi-umbian, dan sagu di Irian jaya, dan beberapa sumber karbohidrat utama di beberapa negara masih diperoleh langsung dari alam .
Nilai komponen keanekaragaman hayati yang dibudidayakan jauh lebih besar lagi. Pertanian menyumbang sekitar 32 persen dari GDP negara-negara berkembang. Perdagangan produk pertanian pada tahun 1989 mencapai 3 triliyun dolar. Komponen keanekaragaman hayati juga penting bagi kesehatan manusia. Sebelum industri sintesa muncul, semua bahan obat-obatan diperoleh dari alam, dan bahkan sekarang bahan-bahan alami ini masih vital. Obat-obatan tradisional mendukung pemeliharaan kesehatan bagi sekitar 80 % penduduk negara berkembang, atau lebih dari tiga milyar jiwa secara keseluruhan. Pengobatan tradisional saat ini di dorong perkembangannya oleh Badan Kesehatan Dunia WHO, dan juga di banyak negara,termasuk negara maju.
Demikian juga untuk pengobatan modern, seperempat dari resep obat-obatan yang di berikan Amerika Serikat mengandung bahan aktif yang diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, dan lebih dari 3000 antibiotik, termasuk penisilin dan tetrasiklin, diperoleh dari mikroorganisma. Siklosporin, di kembangkan dari suatu kapang tanah, merupakan penemuan revolusioner bagi transplantasi jaringan manusia, seperti untuk jantung dan ginjal, karena mampu menekan efek penolakan tubuh atas organ baru. Aspirin dan banyak obat-obatan lainnya yang sekarang mampu disintesakan kimiawi, pertama kali diekstraksi dari tumbuhan liar. Senyawa-senyawa yang diekstraksi dari tumbuhan, mikroba dan hewan merupakan komponen dalam perumusan 20 obat-obatan terlaris di Amerika yang mencapai angka perdagangan sebesar 6 milyar dolar pada tahun 1988.
Komponen keanekaragaman hayati juga mempunyai fungsi sebagai komoditi pariwisata. Diseluruh dunia, pariwisata alam menghasilkan sekitar 2 hingga 12 milyar dolar pendapatan setiap tahun.
Selain fungsi ekonomi seperti tersebut diatas, keanekeragaman hayati mempunyai fungsi sosial dan ekologis. Fungsi sosial keanekaragaman hayati adalah memberikan kesempatan atau lapangan kerja, bagian dari elemen spiritual masyarakat yang membentuk budaya setempat, serta membentuk jati diri masyarakat. Nilai spiritual dan aspirasi dari fungsi sosial ini juga mempengaruhi atau meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat. Fungsi ekologis keanekaragaman hayati berkaitan dengan proses-proses ekologis keaneka ragaman hayati, yaitu proses pertumbuhan, perkembangbiakan, dan evolusi. Tumbuhan menghasilkan oksigen dan menyaring polutan udara, memberikan mutu udara yang diperukan untuk pernafasan manusia serta makhlluk hidup lainnya. Proses mikroorganisme tanah memperbaiki kondisi kimiawi dan biologis tanah, struktur tanah serta kesuburan tanah secara umum, serta proses-proses lainnya mendukung kehidupan manusia dalam hal memberikan kualitas kehidupan yang lebih baik.
Fungsi, jasa dan produk komponen keanekaragaman hayati diatas, serta besarnya nilai ekonomi yang dihasilkan tidak akan dapat diperoleh secara lestari jika sumber dayanya sendiri tidak dikelola secara lestari. Dari gambaran di atas, dapat di ketahui bahwa keanekaragaman hayati berperan sangat penting dan vital untuk menjamin kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Mulai dari mutu udara, mutu air, mutu tanah, dan mutu lingkungan secara keseluruhan, hingga untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia, semuanya tergantung secara langsung maupun tak langsung pada keanekaragaman hayati.
8.       KESIMPULAN
Makhluk hidup di dunia ini sangat beragam. Keanekaragaman makhluk hidup tersebut disebut dengan sebutan keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Setiap sistem lingkungan memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda. Keanekaragaman hayati ditunjukkan oleh adanya berbagai variasi bentuk, ukuran, warna, dan sifat-sifat dari makhluk hidup lainnya.
Keanekaragaman hayati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan dalam mempengaruhi sifat makhluk hidup.
Kegiatan manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati, baik keanekaragaman gen, jenis maupun keanekaragaman lingkungan. Namun di samping itu, kegiatan manusia juga dapat meningkatkan keanekaragaman hayati misalnya penghijauan, pembuatan taman kota, dan pemuliaan.
Keragaman hayati merupakan komponen penyusun ekosistem alam yang mempunyai
peran sangat besar baik ditinjau dari segi ekologis, sosial, ekonomis maupun budaya.
Perubahan ekologis, sosial, ekonomi dan budaya akan terjadi bila dalam perjalanan sejarah keragaman hayati terancam dan berubah menjadi keseragaman hayati. Teknologi yang berkembang yang diilhami oleh keragaman hayati hendaknya digunakan semaksimal mungkin untuk melestarikan keragaman hayati itu sendiri, bukan sebaliknya menghancurkan keragaman hayati.
Pemanfaatan keanekaragaman hayati bagimasyarakat harus secara berkelanjutan. Yang dimaksud dengan manfaat yang berkelajutan adalah manfaat yang tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
7.  Tingkatan Takson Dalam Sistem Klasifikasi
Tingkatan takson dalam Taxonomi Linnaeus. Takson adalah itilah yang digunakan untuk tingkat pengelompokan dalam kalsifikasi makhluk hidup. Dalam sistem klasifikasi Linnaeus, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu kelompok besar yang  kemudian dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil ini kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil dan begitu seterusnya sehingga pada akhirnya tinggal satu jenis kelompok paling kecil yang terdiri dari satu jenis makhluk hidup.
Tingkatan dan istilah dalam takson sudah di distandarisasi secara internasional di seluruh dunia berdasarkan pada International Code of Botanical Nomenclature (untuk tumbuhan) dan International Committee on Zoological Nomenclature (untuk hewan). Urutan takson antara lain :
dalam B. latin
dalam B. Indonesia
Kingdom
Divisio/Phillum
Clasis
Order
Familia
Genus
Species
Dunia/Kerajaan
Divisio/Filum
Kelas
Ordo
Suku
Marga
Jenis

Tingkatan Takson dalam Ilmu Taxonomi

Tingkatan takson adalah tingkatan unit atau kelompok makhluk hidup yang disusun mulai dari tingkat tertinggi hingga tingkat terendah. Urutan tingkatan takson mulai dari tingkat tertinggi ke tingkat terendah, yaitu kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia), phylum (filum) atau divisio (divisi), classis (kelas), ordo (bangsa), familia (famili/suku), genus (marga), species (spesies/jenis), dan varietas (ras).
Makin tinggi tingkatan takson, maka akan makin banyak anggota takson, namu makin banyak pula perbedaan ciri antar anggota takson. Sebaliknya, makin rendah tingkatan takson, maka makin sedikit anggota takson, dan makin banyak pula persamaan ciri antar anggota takson.
1.      Kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia)
Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi dengan jumlah anggota takson terbesar. Organisme di bumi dikelompokan menjadi beberapa kingdom, antara lain kingdom animalia (hewan), kingdom plantae (tumbuhan), kingdom fungsi (jamur), kingdom monera (organisme uniseluler tanpa nukleus), dan kingdom protista (eukariotik yang memiliki jaringan sederhana).
2.      Phylum (filum) atau divisio (divisi)
Phylum digunakan untuk takson hewan, sedangkan divisi digunakan untuk takson tumbuhan. Kingdom animalia dibagi menjadi beberapa phylum, antara lain filum chordata (memiliki notokorda saat embrio), filum echidermata (hewan berkulit duri), dan filum platyhelminthes (cacing pipih). Nama divisi pada tumbuhan menggunakan akhiran-phyta. Contoh, kingom plantae dibagi menjadi tiga divisi, antara lain bryophyta (tumbuhan lumut), pteridophyta.
3.      Classis (kelas)
Anggota takson pada setiap filum atau divisi dikelompokan lagi berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu. Nama kelas tumbuhan menggunakan akhira yang berbeda-beda, antara lain : -edoneae (untuk tumbuhan berbiji tertutup), -opsida (untuk lumut), -phycae (untuk alga), dan lain-lain. Contohnya, divisi Angiospermae dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas Monocotyledoneae dan kelas Dicotyledoneae; divisi bryophyta diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu hepaticopsida (lumt daun); dan filum chrysophyta (ganggang keemasan) dikelompokan menjadi 3 kelas, yaitu Xantophyceae, Chrysophyceae, dan Bacillariophyceae.
4.      Ordo (Bangsa)
Angggota takson pada setiap kelas dikelompokan lagi menjadi beberapa ordo berdasarkan persamaan ciri-ciri yang lebih khusus. Nama ordo pada takson tumbuhan biasanya menggunakan akhiran –ales.Sebagai contoh, kelas Dicotyleneae dibagi menjadi beberapa ordo, antara lain ordo Solanales, Cucurbitales, Malvales, Rosales, Asterales, dan Poales.
5.      Familia (Familia/Suku)
Anggota takson setiap ordo di kelompokan lagi menjadi beberapa famili berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu. Familia berasal dari bahasa latin Familia. Nama famili pada tumbuhan biasanya menggunakan akhiran –aceae, misalnya famili Solanaceae, Cucurbetaceae, Malvaceae, Rosaceae, Asteraceae, dan Poaceae. Namun, ada pula yang tidak menggunakan akhiran kata-aceae, misalnya Compositae (nama lain Astraceae) dan Graminae (nama lain Poaceae). Sementara nama famili pada hewan menggunakan akhiran kata –ideae, misalnya Homonidae (manusia), Felidae (kucing), dan Canidae (anjing).
6.      Genus (Marga)
Anggota takson setiap famili dikelompokan lagi menjadi beberapa genus berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu yang lebih khusus. Khaidah penulisan nama genus, yaitu huruf besar pada kata pertama dan dicetak miring atau digarisbawahi. Sebagai contoh, famili Poaceae tediri atas genus Zea (jagung), Saccarum (tebu), Triricum (gandum), dan Oryza (padi-padian)
7.      Species (Speciea janin)
Species merupakan tingkatan takson palig dasar atau terendah. Anggota takson memiliki paling banyak persamaan ciri dan terdiri atas organisme yang bila melakukan perkawinan secara ilmiah dapat menghasilkan keturunan yang fertil (subur). Nama species tediri dari atas dua kata; kata pertama menunjukan nama sfesifiknya, Sebagai contoh, pada genus Rosa terdapat spesies Rosa multiflora, Rosa canina, Rosa alba, Rosa rugosa, dan Rosa dumalis. (Gambar 1.15)
8.      Varietas atau Ras
Pada organisme –organisme satu spesies terkadang masih ditemukan perbedaan ciri yang sangat jelas, sangt khusus atau bervariasi sehingga disebut varietas (kultifar) atau ras. Istilah varietas dan kultifar digunakan dalam spesies tumbuhan, sedangkan istilah ras digunakan dalam spesies hewan. Varietas dapat diartikan secara botani dan secara agronomi.
Varietas secara botani adalah populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukan perbedaan ciri yang jelas. Penanamannya diatur oleh ICBN ( Intenational Code of Botanical Nomenclature). Penulisan varietas dicetak miring atau digarisbawahi. Contohnya; Oryza sativa var indica (Padi) dan Zea mays L, var tunicata (jagung).
Sementara itu varietas secara agronomi adalah sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih ciri khas yang dapat dibedakan secara jelas dan ciri tersebut dapat dibedakan dipertahankan bika dikembangkan secara vegeatif (aseksua) maupun secara generati (seksual). Varietas dalam agoronomi disebut juga kultifar. (Kultifar terdir atas populasi tanaman budidaya terseleksi, galur murni, hasil kloning, dan hasil hibrida. Istilah kultifar diajukan oleh L.H. Bailey pada tahun 1923. Cara penanaman kutifar diatur oleh ICNCP ( International code of Nomenclature for Cultivated Palnts).Cara penulisan kultifar adalah dengan memberi tanda petik dan tidak dicetak miring, Contoh: Oryza sativa ‘Cisadane’ (padi); kultifar pada spesies Rosa alba, antara lain Rosa alba ‘Mormors rose’ Rosa alba ‘Blush hip’, Rosa alba ‘Suaveolens’, Rosa alba ‘Celestial’, Rosa alba ‘Amelie’, dan Rosa alba ‘Chloris’.
Diantara tingkatan takson tersebut terkadang terdapat tingkatan antara. Tingkatan dibawah suatu takson menggunakan naama subtakson. Contohnya dibawah ini famili ada subflum, di bawah ordo ada subordo , dibawah famili ada subfamili, dan seterusnya, Nama subfamili pada hewan menggunakan akhiran –inae, misalnya Caninae, Felinae, dan Boainae. Sebaliknya, diatas tingkatan takson tedapat supertakson. Contohnya diatas kelas ada superkelas, di atas ordo ada superordo, di atas famili ada tingkatan superfamili, dan seterusnya.
Tabel 1.1 menunjukan contoh tingkatan takson pada hewan, sedangkan Tabel 1.2 menunjukan contoh tingkatan takson pada tumbuhan.
Tabel 1.1 Tingkatan takson pada beberapa hewan.
Tingkatan takson
Nama Organisme
Manusia
Harimau
Kucing
Kingdom
Animalia
Animalia
Animalia
Filum
Chordata
Chordata
Chordata
Subfilum
Vertebrata
Vertebrata
Vertebrata
Kelas
Mammalia
Mammalia
Mammalia
Ordo
Primata
Carnivora
Carnivora
Famili
Homonidae
Felidae
Felidae
Genus
Homo
Panthera
Felis
Spesies
Homosapiens
Panthera tigris
Felis catus

Tingkatan Takson


Nama Organisme
Jagung
Tomat
Mawar
Kingdom
Plantae
Plantae
Plantae
Divisi
Magnoliophyta(Angiospermae)
Magnoliophyta(Angiospermae)
Magnoliophyta(Angiospermae)
Kelas
Liliopsida (Monocotyledoneae)
Magnoliopsida (Dicotyledoneae)
Magnoliopsida (Dicotyledoneae)
Ordo
Poales
Solanales
Rosales
Famili
Poaceae
Solanaceae
Rosaceae
Genus
Zea
Solanum
Rosa
Spesies
Zea mays
Solanum lycopersicum
Rosa multiflora

PROSES KLASIFIKASI
Para biologiawan masih menggunakan buku Linnaeus yang berjudul Systema Naturae (sistem Alam) yang diterbitkan tahun 1758 sebagai dasar untuk klasifikasi ilmiah. Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan makhluk hidup.
Pencandraan (identifikasi), Pencandraan adalah proses mengidentifikasi atau mendeskripsi ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan diklasifikasi.

Pengelompokan
, setelah dilakukan pencandraan, makhluk hidup kemudian dikelompokkan dengan makhluk hidup lain yang memiliki ciri-ciri serupa. Makhluk hidup yang memiliki ciri serupa dikelompokkan dalam unit-unit yang disebut takson.
Pemberian nama takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini diberi nama untuk memudahkan kita dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok makhluk hidup.

8.  Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Berdasarkan Binomial Nomenclatur
Tata Nama Binomial Nomenclature

Banyak makhluk hidup mempunyai nama local. Nama ini bisa berbeda antara satu daerah dan daerah lainnya. Untuk memudahkan komunikasi, makhluk hidup harus diberikan nama yang unik dan dikenal di seluruh dunia. Berdasarkan kesepakatan internasional, digunakanlah metode binomial nomenclature. Metode binominal nomenclature (tata nama ganda), merupakan metode yang sangat penting dalam pemberian nama dan klasifikasi makhluk hidup. Disebut tata nama ganda karena pemberian nama jenis makhluk hidup selalu menggunakan dua kata (nama genus dan species). Aturan pemberian nama adalah sebagai berikut :
·         Nama species terdiri atas dua kata, kata pertama merupakan nama genus, sedangkan kata kedua merupakan penunjuk jenis (epitheton specificum)
·         Huruf pertama nama genus ditulis huruf capital, sedangkan huruf pertama penunjuk jenis digunakan huruf kecil
·         Nama species menggunakan bahasa latin atau yang dilatinkan
·         Nama species harus ditulis berbeda dengan huruf-huruf lainnya (bisa miring, garis bawah, atau lainnya)
·         Jika nama species tumbuhan terdiri atas lebih dari dua kata, kata kedua dan berikutnya harus digabung atau diberi tanda penghubung.
·         Jika nama species hewan terdiri atas tiga kata, nama tersebut bukan nama species, melainkan nama subspecies (anak jenis), yaitu nama takson di bawah species
·         Nama species juga mencantumkan inisial pemberi nama tersebut, misalnya jagung (Zea Mays L.). huruf L tersebut merupakan inisial Linnaeus.
Sistem tata nama ganda (binomial nomenclature)- Sebelum digunakan nama baku yang diakui dalam dunia ilmu pengetahuan, makhluk hidup diberi nama sesuai dengan nama daerah masing-masing, sehingga terjadi lebih dari satu nama untuk menyebut satu makhluk hidup. Misalnya, mangga ada yang menyebut poah, ada yang menyebut pauh, dan ada pula yang menyebut pelem. Nama pisang, di daerah jawa tengah disebut dengan gedang, sedangkan di daerah Sunda gedang berarti pepaya. Karena adanya perbedaan penyebutan ini maka akan mengakibatkan salah pengertian sehingga informasi tidak tersampaikan dengan tepat atau pun informasi tidak dapat tersebar luas ke daerah-daerah lain atau pun negara lain. Carollus Linnaeus seorang sarjana kedokteran dan ahli botani dari Swedia berhasil membuat sistem klasifikasi makhluk hidup. Untuk menyebut nama makhluk hidup, C. Linneaus menggunakan sistem tata nama ganda, yang aturannya sebagai berikut.
a. Untuk menulis nama Species (jenis)

1) Terdiri dari dua kata, dalam bahasa latin.
2) Kata pertama menunjukkan nama genus dan kata kedua merupakan penunjuk spesies.
3) Cara penulisan kata pertama diawali dengan huruf besar, sedangkan nama penunjuk spesies dengan huruf kecil.
4) Apabila ditulis dengan cetak tegak maka harus digarisbawahi secara terpisah antarkata, sedangkan jika ditulis dengan cetak miring maka tidak digarisbawahi. Contohnya: nama jenis tumbuhan Oryza sativa atau dapat juga ditulis Oryza sativa (padi) dan Zea mays dapat juga ditulis Zea mays (jagung).
5) Apabila nama spesies tumbuhan terdiri lebih dari dua kata maka kata kedua dan seterusnya harus disatukan atau ditulis dengan tanda penghubung. Misalnya, nama bunga sepatu, yaitu Hibiscus rosasinensis ditulis Hibiscus rosa-sinensis. Sedangkan jenis hewan yang terdiri atas tiga suku kata seperti Felis manuculata domestica (kucing jinak) tidak dirangkai dengan tanda penghubung. Penulisan untuk varietas ditulis seperti berikut ini yaitu, Hibiscus sabdarifa varalba (rosella varietas putih).
6) Apabila nama jenis tersebut untuk mengenang jasa orang yang menemukannya maka nama penemu dapat dicantumkan pada kata kedua dengan menambah huruf (i) di belakangnya. Contohnya antara lain tanaman pinus yang diketemukan oleh Merkus, nama tanaman tersebut menjadi Pinus merkusii.

a. Untuk menulis Genus (marga)
Nama genus tumbuhan maupun hewan terdiri atas satu kata tunggal yang dapat diambil dari kata apa saja, dapat dari nama hewan, tumbuhan, zat kandungan dan sebagainya yang merupakan karakteristik organisme tersebut. Huruf pertamanya ditulis dengan huruf besar, contoh genus pada tumbuhan, yaitu Solanum (terungterungan), genus pada hewan, misalkan Canis (anjing), Felis (kucing).

b. Untuk menulis nama Familia (suku)
Nama familia diambil dari nama genus organisme bersangkutan ditambah akhiran -aceae untuk organisme tumbuhan, sedangkan untuk hewan diberi akhiran -idea. Contoh nama familia untuk terungterungan adalah Solanaceae, sedangkan contoh untuk familia anjing adalah Canidae.

c. Untuk menulis nama Ordo (bangsa)
Nama ordo diambil dari nama genus ditambah akhiran ales, contoh ordo Zingiberales berasal dari genus Zingiber + akhiran ales.

d. Untuk menulis nama Classis (kelas)
Nama classis diambil dari nama genus ditambah dengan akhiran -nae, contoh untuk genus Equisetum maka classisnya menjadi Equisetinae. Ataupun juga dapat diambil dari ciri khas organisme tersebut, misal Chlorophyta (ganggang hijau), Mycotina (jamur).

6. Klasifikasi alternatif
Dengan kemajuan tekhnologi dan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli mengembangkan beberapa sistem klasifikasi makhluk hidup. Para ahli membagi makhluk hidup menjadi beberapa sistem kingdom, yaitu sebagai berikut.

a. Sistem dua kingdom
Sistem ini membagi makhluk hidup menjadi dua dunia, yaitu dunia hewan dan dunia tumbuhan. Dasar klasifikasi ini adalah ciri dan sifat tumbuhan yang mempunyai dinding sel keras seperti selulosa dan hewan yang mempunyai sifat dapat bergerak aktif, dan berpindah tempat.

b. Sistem tiga kingdom
Sistem ini mengelompokkan organisme menjadi tiga dunia, yaitu Plantae, Animalia dan Fungi. Sistem ini didasarkan pada cara memperoleh nutrisi. Plantae (tumbuhan) merupakan organisme yang dapat melakukan fotosintesis sehingga dapat memenuhi kebutuhan makan diri sendiri maka disebut organisme autotrop. Animalia sebagai fagotrop, yaitu organisme heterotrop yang menelan makanan berbentuk padat dan menggunakan senyawa organik sebagai sumber energinya. Fungi merupakan organisme heterotrofik dan saprofitik yang memperoleh nutrisi dari organisme yang telah mati. Bila fungi mengambil nutrisi dengan cara mengambil dari organisme hidup lain maka disebut parasitik.

c. Sistem empat kingdom
Sistem ini mengelompokkan organisme menjadi empat dunia, yaitu Plantae, Animalia, Fungi, dan Prokariotik. Prokariotik adalah organisme yang mempunyai inti, tetapi intinya tidak memiliki membran inti.

d. Sistem lima kingdom
R.H. Whittaker mengelompokkan organisme menjadi lima dunia berdasarkan tingkat organisme, kondisi inti sel, dan nutrisinya. Kelima dunia tersebut adalah sebagai berikut.

1) Kingdom Monera
Monera meliputi makhluk hidup yang sangat sederhana. Termasuk ke dalam kingdom ini adalah bakteri dan alga biru (Cyanophyta). Monera bersifat prokariotik, sel-selnya mempunyai nukleus atau inti sel yang tidak bermembran. Sel-selnya membelah secara sederhana, yaitu dengan amitosis. Kromosomnya tunggal dan berbentuk melingkar. Klorofil tersebar dan tidak terlindung oleh membran.

2) Kingdom Protista
Termasuk ke dalam kingdom ini adalah organisme yang bersel tunggal bersifat eukariotik. Eukariotik berarti inti sel-selnya telah bermembran, meliputi protozoa dan alga. Sistem klasifikasi ini dirintis oleh Ernst Haeckel (1834-1919).

3) Kingdom Mycota
Kingdom ini meliputi makhluk hidup yang tidak mempunyai klorofil, sehingga tidak dapat mensintesa makanan sendiri atau bersifat heterotrop, ada yang bersifat parasit, ada juga yang bersifat saprofit. Termasuk di dalamnya adalah berbagai jamur, seperti jamur merang, jamur kuping dan jamur oncom.

4) Kingdom Plantae
Kingdom ini meliputi makhluk hidup yang mampu melakukan fotosintesis, yaitu makhluk hidup yang mempunyai klorofil, sehingga dapat hidup tanpa mengambil energi dari organisme lain. Makhluk itu disebut organisme autotrop. Termasuk di dalamnya adalah Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta.

5) Kingdom Animalia
Kingdom ini meliputi makhluk hidup eukariotik bersel banyak, bersifat heterotrop, meliputi Porifera, Platyhelminthes, Hydrozoa, Nematoda, Rotifera, Annelida, Molusca, Arthropoda, Echinodermata dan Chordata.