1. Keanekaragaman Tingkat Gen, Jenis, dan Ekosistem
1.
Keanekaragaman
Tingkat Gen
Gen atau plasma nuftah adalah
substansi kimia yang menentukan sifat keturunan yang terdapat di dalam lokus
kromosom. Setiap individu makhluk hidup mempunyai kromosom yang tersusun atas
benang-benang pembawa sifat keturunan yang terdapat di dalam inti sel. Contoh
spesies jeruk : jeruk nipis, jeruk lemon, dan jeruk Pontianak.
Spesies Bunga Spesies Mangga
2. Keanekaragaman
Tingkat Jenis
Spesies atau jenis memiliki
pengertian individu yang mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis,
fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya (inter hibridisasi) yang
menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya. Keanekaragaman hayati tingkat jenis adalah
keanekaragaman hayati yang menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada
makhluk hidup antar jenis. Contoh keanekaragaman tingkat jenis adalah
dalam keluarga kacang-kacangan, kacang tanah, kacang buncis, kacang hijau,
kacang kapri, dan lain-lain. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut walaupun
ditemukan ciri khas yang sama, akan tetapi ukuran tubuh atau batang, kebiasaan
hidup, bentuk buah dan biji, serta rasanya berbeda.
Keanekaragaman tingkat Jenis (Ayam)
3. Keanekaragaman
Tingkat Ekosistem
Ekosistem adalah hubungan atau
interaksi timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup
lainnya dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
adalah keanekaragaman hayati yang menunjukan seluruh variasi interaksi antara
makhluk hidup dan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Jadi,
antara makhluk hidup dengan lingkungannya akan terjadi interaksi yang dinamis.
Perbedaan kondisi komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan
jenis makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut
berbeda-beda. Akibatnya, permukaan bumi dengan variasi kondisi komponen abiotik
yang tinggi akan menghasilkan keanekaragaman ekosistem. Ada ekosistem
hutan hujan tropis, hutan gugur, padang rumput, padang lumut, gurun
pasir, sawah, ladang, air tawar, air payau, laut, dan lain-lain. Suatu
perubahan yang terjadi pada komponen-komponen ekosistem ini akan berpengaruh
terhadap keseimbangan (homeostatis) ekosistem tersebut. Sebagai suatu sistem,
di dalam setiap ekosistem akan terjadi proses yang saling terkait. Misalnya,
pengambilan makanan, perpindahan energi atau energetika, daur zat atau materi,
dan produktivitas atau hasil keseluruhan ekosistem. Contoh keanekaragaman hayati tingkat
ekosistem adalah pohon kelapa banyak tumbuh di daerah pantai, pohon aren tumbuh
di pegunungan, sedangkan pohon palem dan pinang tumbuh dengan baik di daerah
dataran rendah.
Keanekaragaman
Tingkat Ekosistem
2.
Pembagian Flora, Fauna, dan
Mikroorganisme di Indonesia
1. Pembagian
Flora
a. Flora di Indonesia Bagian Barat
Flora di wilayah Indonesia
bagian Barat didominasi oleh vegetasi hutan hujan tropis yang selalu basah. Hal
ini dikarenakan pada kawasan ini mempunyai curah hujan dan kelembapan yang
cukup tinggi. Jenis-jenis flora di kawasan ini memiliki kesamaan ciri dengan
flora di Benua Asia pada umumnya. Adapun flora tipe Asia
(Asiatis) memiliki ciri-ciri, berikut ini.
1) Memiliki berbagai jenis tumbuhan
kayu yang berharga, misalnya jati, meranti, kruing, mahoni, dan sejenisnya.
2) Selalu hijau sepanjang tahun.
3) Bersifat heterogen. Selain itu,
di wilayah Indonesia bagian
Barat juga terdapat tumbuhan endemik (hanya ada di daerah tersebut), yaitu
Raflesia arnoldi di Sumatra. Wilayah Indonesia
bagian Barat juga banyak dijumpai kawasan hutan mangrove (hutan bakau), antara
lain di pantai Timur Sumatra, pantai Barat dan Selatan Kalimantan, serta pantai
Barat dan Utara Jawa.
Pulau
|
Jenis Flora
|
Sumatera
|
pinus, kamper, meranti, kayu
besi, kayu manis, beringin, dan raflesia
|
Jawa
|
jati meranti,
mahoni, beringin, pinang, bunga anggrek, dan bugenvil
|
Kalimantan
|
ramin, kamper, meranti, besi,
jelutung, bakau, pinus, dan rotan
|
b . Flora di Indonesia Bagian Tengah
Daerah peralihan meliputi wilayah
Pulau Sulawesi dan kepulauan di sekitarnya
serta Kepulauan Nusa Tenggara. Di kawasan ini tidak kita jumpai adanya hutan
yang lebat. Jenis hutan yang ada hanyalah hutan semusim atau hutan homogen yang
tidak begitu lebat, bahkan di kawasan Nusa Tenggara kita hanya akan menjumpai
adanya sabana dan stepa. Sabana adalah padang
rumput yang luas dengan tumbuhan kayu di sana-sini, sedangkan stepa adalah tanah
kering yang hanya ditumbuhi semak belukar. Kondisi ini terjadi karena di
wilayah Nusa Tenggara memiliki curah hujan yang relatif lebih sedikit bila
dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia. Jenis tumbuhan yang mendominasi di
wilayah Indonesia bagian tengah,
antara lain, jenis palma,
cemara, dan pinus.
Pulau
|
Jenis Flora
|
Sulawesi
|
eboni, kayu besi, pinus, kayu
hitam, rotan, dan beberapa jenis bunga anggrek
|
Nusa Tenggara
|
jati, sandelwood,
akasia, cendana, dan beberapa jenis bunga anggrek
|
Maluku
|
sagu, meranti, gotasa, kayu
besi, lenggua, jati, kayu putih, dan anggrek
|
Pinus
c . Flora di Indonesia Bagian Timur
Flora di wilayah Indonesia
bagian Timur didominasi oleh hutan hujan tropis. Akan tetapi, jenis tumbuhannya
berbeda dengan jenis tumbuhan di wilayah Indonesia bagian Barat. Jenis flora
di wilayah hutan hujan tropis bagian Timur memiliki kesamaan dengan flora di
kawasan Benua Australia,
sehingga jenis floranya bersifat Australis. Salah satu flora ciri khas di
kawasan Indonesia Timur adalah anggrek.
2. Pembagian
Fauna
1.Fauna tipe Asiatis (Asiatic)
fauna tipe asiatis ini meliputi fauna yang berada wilayah Sumatera, kalimantan, Jawa, dan Bali. Di wilayah ini terdapat banyak jenis fauna yang menyusui dan berukuran besar. terdapat banyak jenis kera dan ikan air tawar serta tidak banyak memiliki jenis burung berwarna. Jenis fauna yang banyak ditemukan di wilayah ini antara lain : orang utan, monyet proboscis, badak, harimau, rusa, burung heron, dan burung merak
2. Fauna tipe Peralihan (Austral Asiatic)
meliputi fauna yang berada di wilayah Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara bagian Tengah. Di wilayah ini banyak terdapat hewan endemis. Jenis fauna yang banyak ditemukan di wilayah ini antara lain babi, rusa, kuda, kuskus, anoa, dan komodo
3.FaunatipeAustralis(Australic)
meliputi fauna yang terdapat di kepulauan Aru dan wilayah Papua. Di wilayah ini banyak ditemukan binatang menyusui yang berukuran kecil dan binatang berkantung. Jenis Fauna yang banyak ditemui di wilayah ini antara lain kanguru, burung cendrawasih, kakatua, nuri, kasuari, dan walabi.
fauna tipe asiatis ini meliputi fauna yang berada wilayah Sumatera, kalimantan, Jawa, dan Bali. Di wilayah ini terdapat banyak jenis fauna yang menyusui dan berukuran besar. terdapat banyak jenis kera dan ikan air tawar serta tidak banyak memiliki jenis burung berwarna. Jenis fauna yang banyak ditemukan di wilayah ini antara lain : orang utan, monyet proboscis, badak, harimau, rusa, burung heron, dan burung merak
2. Fauna tipe Peralihan (Austral Asiatic)
meliputi fauna yang berada di wilayah Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara bagian Tengah. Di wilayah ini banyak terdapat hewan endemis. Jenis fauna yang banyak ditemukan di wilayah ini antara lain babi, rusa, kuda, kuskus, anoa, dan komodo
3.FaunatipeAustralis(Australic)
meliputi fauna yang terdapat di kepulauan Aru dan wilayah Papua. Di wilayah ini banyak ditemukan binatang menyusui yang berukuran kecil dan binatang berkantung. Jenis Fauna yang banyak ditemui di wilayah ini antara lain kanguru, burung cendrawasih, kakatua, nuri, kasuari, dan walabi.
3. Mikroorganisme
Perkembangan Mikrobiologi
Sejarah perkembangan
mikrobiologi sebelum ilmu pengetahuan dapat dibagi menjadi tiga periode.
Periode pertama, dimulai dengan terbukanya rahasia suatu dunia mikroorganisme
melalui pengamatan Leeuwenhoek pada tahun 1675. Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu di
kalangan para ilmuwan mengenai asalmula kehidupan. Namun baru kurang lebih pada
pertengahan tahun 1860an, ketika teori generatio spontanea dibuktikan
ketidakbenarannya dan prinsip biogenesis diterima, pengetahuan mengenai
mikroorganisme tidak lagi bersifat spekulatif semata-mata.
Perkembangan Teknik dan Cara Kerja di Laboratorium
Mikrobiologi
Selama periode berikutnya
antara tahun 1860 dan tahun 1900, banyak dilakukan penemuan dasar yang penting.
Perkembangan teori nutfah panyakit dalam tahun1876, hal ini secara tiba-tiba
menimbulkan minat terhadap prosedur laboratoris untuk mengisolasi dan
mencirikan mikroorganisme. Didalam periode ini ditemukan banyak mikroorganisme
penyebab penyakit serta metode-metode untuk mencegah dan mendiagnosis serta
mengobati penyakit-penyakit tersebut.
Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi kedokteran membawa perombakan yang
besar dan cepat di dalam praktik kedokteran. Penelaah mikroorganisme di laboratorium
dilakukan untuk berbagai tujuan. Misalnya untuk mengetahui identitas
masing-masing mikroorganisme yang berbeda, atau proses biologi dasar yang
dilakukan oleh mikroorganisme. Pada umumnya metode-metode yang tersedia bagi
para mikrobiologiawan memungkinkan untuk pencirian mikroorganisme.
Aplikasi Mikrobiologi dalam Kehidupan Manusia
Mikroba memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia, karena mikroba memberikan keuntungan sekaligus
kerugian bagi manusia. Mikroba yang menguntungkan memungkinkan manusia untuk
memanfaatkan jasa dan produknya sekaligus. Sementara itu mikroba yang merugikan
dapat menyebabkan penyakit pada tanaman, hewan ternak, bahkan manusia itu
sendiri.
Untuk meminimalkan
kerugian yang ditimbulkan oleh mikroba, maka manusia menerapkan berbagai
teknologi untuk mengendalikan populasi mikroba itu. Pengendalian dilakukan
secara kimiawi, fisikawi, mekanis dan sebagainya.
Protista Prokariotik
Keragaman bakteri sangat
luas. Tidak seperti organisme lain yang mempunyai kisaran cirri morfologi,
fisiologi, dan metabolik yang seluas dan menyamai bakteri. Sebagai contoh,
riketsia adalah parasit intraselular, yang sepenuhnya bergantung pada sel inang
untuk melakukan beberapa proses vital ataupun untuk memperoleh produk tertentu.
Sebaliknya, bakteri genus Thiobacillus memperoleh energi dari oksidasi sulfur
dan memperoleh karbon dari karbondioksida. Mikoplasma bentuk tubuhnya
sederhana, dan bentuk terkecil tidak dapat dilihat jelas dengan mikroskop
cahaya. Sebaliknya, Streptomicetes tumbuh menjadi filamen dengan panjang lebih
dari 100 m.
Protista Eukariotik
Algae adalah organisme
eukariotik fotosintetik aerobik, yang mengandung klorofil a, klorofil lain, dan
pigmen-pigmen fotosintetik lain. Pigmen-pigmen tersebut terletak di dalam
kloroplas. Habitat algae di mana-mana, selama tersedia cahaya matahari,
kelembagaan dan nutrien sederhana. Algae dapat uniselular atau multiselular dan
dapat tertata dalam koloni filamen, atau bentuk-bentuk multiselular lainnya. Ada yang mikroskopik dan
ada pula yang makrokospik. Algae bereproduksi dengan cara aseksual dan
seksual. Pada setiap tipe reproduksi mereka menggunakan banyak cara. Beberapa
algae mempunyai daur hidup yang rumit yang mencakup cara-cara aseksual maupun
seksual.
Protozoa mempunyai
keragaman yang luas dalam ukuran dan bentuk. Beberapa spesies bersifat
polimorfik. Banyak di antara mereka dapat membentuk sista, dan sista itu
penting di dalama penularan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh protozoa.
Secara struktural protozoa lebih rumit dan biasanya lebih besar daripada
protista prokariotik. Reproduksi pada protozoa ialah melalui
proses aseksual dan seksual, tergantung kepada spesies dan kondisi
lingkungannya. Beberapa protozoa mempunyai daur hidup yang sangat rumit. Protozoa memperoleh makanannya melalui banyak cara. Beberapa adalah
fotosintetik, yang lain menyerap nutrient terlarut dan yang lain lagi menelan
partikel-partikel makanan padat. Berdasarkan cara pengerakannya terdapat empat
kelompok utama protozoa. Kelompok-kelompok ini adalah amoeba, siliata,
flagelata, dan sporozoa. Protozoa yang penting secara medis dijumpai di dalam
ke empat kelompok tersebut. Klasifikasi fungi didasarkan pada ciri-ciri
morfologis, terutama struktur-struktur yang berkaitan dengan reproduksi, yaitu
spora aseksual dan seksual serta tubuh buahnya. Namun demikian identifikasi
khamir uniselular, seperti halnya bakteri, membutuhkan evaluasi terhadap banyak
ciri fisiologis dan reaksi-reaksi biokimia terutama pada gula. Ada empat kelas fungi : Phycomycetes,
Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Kebanyakan fungi yang
merupakan patogen bagi manusia dijumpai dalam kelas Deuteromycetes. Meskipun
bukan merupakan kelompok taksonomi tunggal, kapang lendir (Mycomycetes)
merupakan sekumpulan mikroorganisme renik yang mempunyai ciri-ciri serta daur
hidup morfogenetik (berubah bentuk) seperti amoeba.
Isolasi Mikroba
Kulturisasi bakteri untuk
keperluan yang bermanfaat, pada umumnya dilakukan dengan biakan murni. Biakan
murni hanya mengandung satu jenis. Untuk mengisolasi bakteri dalam biakan
murni, umumnya digunakan dua prosedur yaitu: metode agar cawan dengan goresan
dan metode agar tuang. Biakan
adalah medium yang mengandung organisme hidup. Medium itu menye-diakan zat
makanan untuk pertumbuhan bakteri. Berbagai resep ramuan untuk membuat media
telah dibuat untuk memungkinkan tumbuhnya jenis-jenis tertentu. Medium pilihan
dan diferensial bermaafaat untuk memisahkan beberapa jenis. Identifikasi
jenis menggunakan semua sifat yang berkaitan dengan jenis. Hal ini mencakup
morfologi, daya gerak, sifat biokimianya, kebutuhan akan oksigen, reaksi
pewarnaan Gram, dan beberapa diantaranya sifat kekebalan. Dalam
pemeliharaan kultur terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sehingga
tidak hanya mempertahankan sel agar tetap hidup, tetapi dapat juga
memperta-hankan sifat-sifat genotip dan fenotipnya. Terdapat 3
metode dalam pemeliharaan kultur, antara lain penyimpanan kultur dengan cara
pengeringan; metabolisme terbatas; dan penyimpanan kultur dengan cara
liofilisasi. Metode yang sering digunakan adalah pengeringan beku.
Pertumbuhan dan Multiplikasi
Pertumbuhan didefinisikan
sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang
dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran
sel, pertambahan berat atau massa
dan parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau
pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba. Pertumbuhan
mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang
berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan
fase kematian. Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi umum
pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan
zat kimia toksik, panas atau radiasi. Metode pengukuran
pertumbuhan yang sering digunakan adalah dengan menentukan jumlah sel yang
hidup dengan jalan menghitung koloni pada pelat agar dan menentukan jumlah
total sel/jumlah massa
sel. Selain itu dapat dilakukan dengan cara metode langsung dan metode tidak
langsung. Dalam menentukan jumlah sel yang hidup dapat dilakukan penghitungan
langsung sel secara mikroskopik, melalui 3 jenis metode yaitu metode: pelat
sebar, pelat tuang dan most-probable number (MPN). Sedang untuk menentukan
jumlah total sel dapat menggunakan alat yang khusus yaitu bejana Petrof-Hausser
atau hemositometer. Penentuan jumlah total sel juga dapat dilakukan dengan
metode turbidimetri yang menentukan: Volume sel mampat, berat sel, besarnya sel
atau koloni, dan satu atau lebih produk metabolit. Penentuan kuantitatif
metabolit ini dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl.
Virus Bakterial
Bakteriofage (fage)
adalah virus yang menginfeksi bakteri dan hanya dapat bereproduksi di dalam sel
bakteri. Kemudahan relatif dalam penanganannya dan kesederhanaan infeksi fage
bakteri membuatnya menjadi suatu sistem model bagi penelaahan patogenesitas
virus maupun banyak masalah dasar di dalam biologi, termasuk biologi seluler
dan molekular serta imunologi. Fage pada hakekatnya terdiri dari
sebuah inti asam nukleat yang terkemas di dalam selubung protein pelindung.
Reproduksi virus bakterial yang virulen mencakup urutan umum sebagai berikut:
adsorbsi partikel fage, penetrasi asam nukleat, replikasi asam nukleat virus,
perakitan partikel-partikel fage baru, dan pembebasan partikel-partikel fage
ini di dalam suatu ledakan bersamaan dengan terjadinya lisis sel inang.
Fage-fage virulen telah digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bakteri
patogenik.
Virus Hewan dan Tumbuhan
Virus hewan dan virus
tumbuhan adalah parasit intraseluler obligat yang sangat kecil. Setiap virion
mempunyai sebuah inti pusat asam nukleat dikelilingi oleh kapsid. Secara
morfologis, virus hewan dan virus tumbuhan dapat ikosashedral, helikal,
bersampul atau kompleks. Proses replikasi virus
dimulai dengan melekatnya virion pada sel inang. Peristiwa ini disusul dengan
penetrasi dan pelepasan selubung, biosintesis komponen-komponen virus dan
perakitan serta pematangan virion. Proses ini diakhiri dengan pembebasan virus
dari sel inang.
Dasar-dasar Klasifikasi
Penelaahan mengenai
organisme untuk menetapkan suatu sistem klasifikasi yang mencerminkan dengan
sebaik-baiknya semua persamaan dan perbedaannya dinamakan taksonomi. Kegiatan
di dalam penyusunan taksonomi mikroorganisme adalah pengklasifikasian, penamaan
dan pengidentifikasi yang kesemuanya disebut dengan sistematika mikroba. Sistem klasifikasi biologi didasarkan pada hierarki taksonomi atau
penamaan kelompok atau kategori yang menempatkan spesies pada satu ujung dunia
dan di ujung dunia lainnya, dalam urutan: spesies – genus – famili ordo – kelas
– filum atau divisi – dunia. Mikroorganisme, sebagaimana bentuk-bentuk
kehidupan yang lain, diberi nama menurut nomenklatur sistem biner. Klasifikasi
bakteri menurut Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology pada umumnya
diterima secara internasional. Manual ini direvisi secara berkala untuk
memanfaatkan pengetahuan baru melalui penelitian dengan mikroorganisme dan
melalui teknik-teknik baru untuk menganilisis data yang diperoleh. Bergey’s
Manual edisi kedelapan yang sekarang ini, membagi semua bakteri menjadi 19 bagian
(kelompok), dan masing-masing dicirikan oleh sifat-sifat morfologi atau
metabolik yang nyata. Tekanan diberikan pada pengelompokan bakteri yang
memiliki ciri-ciri umum dan mudah dikenali. Tidak ada usaha untuk mengatur
penempatan mikroorganisme yang mencerminkan skema suatu perkembangan evolusi,
sebagaimana dilakukan pada edisi-edisi sebelumnya. Alasannya ialah karena dalam
banyak hal pengetahuan kita mengenai mikroorganisme belum lengkap. Bakteri,
sebagaimana tampak melalui uraian singkat mengenai 19 kelompok, memperlihatkan
keragaman yang luas. Tidak ada organisme lain yang mempunyai kisaran ciri
morfologi, fisiologi, dan metabolik yang seluas dan menyamai bakteri.
Enzim dan Metabolisme Bakteri
Klasifikasi enzim berlaku
hanya untuk enzim-enzim tunggal, penamaan berdasarkan reaksi yang dikerjakan
oleh enzim tersebut dan ditambah akhiran – ase. Menurut
Comission on Enzymes of the International Union of Biochemistry terdapat enam
kelas utama Enzim yaitu:
1.
|
Oksidoreduktase
|
—>
|
Reaksi transfer elektron (atau
pemindahan atom hidrogen)
|
2.
|
Transferase
|
—>
|
Transfer gugusan fungsional
(mencakup fosfat, amino,metil, dsb)
|
3.
|
Hidrolase
|
—>
|
Reaksi hidrolisis (penambahan
molekul air untuk memecahkan ikatan kimiawi)
|
4.
|
Liase
|
—>
|
Penambahan ikatan ganda pada
molekul dan pengusiran non hidrolitik gugusan kimia
|
5.
|
Isomerase
|
—>
|
Reaksi Isomerasi
|
6.
|
Ligase
|
—>
|
Pembentukan ikatan disertai
pemecahan atau penambahan ATP
|
Setiap enzim berfungsi
optimal pada pH dan temperatur tertentu. Suhu yang sangat rendah dapat
menghentikan aktivitas enzim tetapi tidak menghancurkannya. Aktivitas enzim
diatur melalui 2 cara yaitu
Metabolisme pada bakteri
pada dasarnya seperti yang terjadi pada sel-sel organisme lain secara umum.
Reaksi metabolisme terdiri atas dua proses yang berlawanan. Metabolisme pertama
adalah sintesis protoplasma dan penggunaan energi disebut anabolisme.
Metabolisme kedua yaitu suatu proses oksidasi substrat yang diikuti perolehan
energi disebut katabolisme.
3.
Garis Weber Dan Garis Wallace
Garis Wallace
Garis Wallace adalah sebuah sempadan hipotetis
yang memisahkan wilayah geografi hewan Asia
dan Australasia. Bagian barat dari garis ini
berhubungan dengan spesies Asia; di timur kebanyakan berhubungan dengan spesies
Australia.
Garis ini dinamakan atas Alfred Russel
Wallace,
yang menyadari perbedaan yang jelas pada saat dia berkunjung ke Hindia Timur pada abad ke-19. Garis ini melalui Kepulauan Melayu, antara Borneo
dan Sulawesi; dan antara Bali
(di barat) dan Lombok
(di timur). Adanya garis ini juga tercatat oleh Antonio Pigafetta tentang perbedaan biologis
antara Filipina dan Kepulauan Maluku, tercatat dalam perjalanan Ferdinand Magellan pada 1521.
Garis ini lalu diperbaiki dan digeser ke Timur (daratan pulau Sulawesi)
oleh Weber. Batas penyebaran flora dan fauna Asia
lalu ditentukan secara berbeda-beda, berdasarkan tipe-tipe flora dan fauna.
Garis ini lalu dinamakan “Wallace-Weber”.
Garis weber
Garis Weber, garis batas antara
Sulawesi dan Maluku, Halmahera dan di sebelah timur NTT dan Timor.
; Garis Weber adalah suatu garis keseimbangan hewan diantara garis Wallace
disebelah barat dan garis Lydekher di sebelah Timur. Garis Weber : Garis khayal
seolah-olah membatasi lingkungan hidup fauna Indonesia Tengah dengan Indonesia
Timur (Australiatis).
4.
Keunikan Yang Dimiliki Oleh Hutan
Hujan Tropis
Sebagian besar hutan alam di Indonesia
termasuk dalam hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis mempunyai ciri khas yang
berbeda dengan hutan-hutan lainnya. Indonesia adalah negara kepulauan yang
mempunyai 17.500 lebih pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Beragamnya tempat tumbuh dari hutan-hutan di Indonesia membuat Hutan tropis Indonesia
mempunyai ciri khas yang khusus dibandingkan hutan di belahan bumi lainnya.
Banyak
para ahli yang mendiskripsi hutan hujan tropis sebagai ekosistem spesifik, yang
hanya dapat berdiri mantap dengan keterkaitan antara komponen penyusunnya
sebagai kesatuan yang utuh. Keterkaitan antara komponen penyusun ini
memungkinkan bentuk struktur hutan tertentu yang dapat memberikan fungsi
tertentu pula seperti stabilitas ekonomi, produktivitas biologis yang tinggi,
siklus hidrologis yang memadai dan lain-lain. Secara nyata di lapangan, tipe
hutan ini memiliki kesuburan tanah yang sangat rendah, tanah tersusun oleh
partikel lempung yang bermuatan negatif rendah seperti kaolinite dan illite.
Kondisi tanah asam ini memungkinkan
besi dan almunium menjadi aktif di samping kadar silikanya memang cukup tinggi,
sehingga melengkapi keunikan hutan ini. Namun dengan pengembangan struktur yang
mantap terbentuklah salah satu fungsi yang menjadi andalan utamanya yaitu
”siklus hara tertutup” (closed nutrient cycling) dan keterkaitan komponen
tersebut, sehingga mampu mengatasi berbagai kendala/keunikan tipe hutan ini
(Withmore, 1975).
Kondisi tanah hutan ini juga
menunjukkan keunikan dan ciri khas tersendiri. Aktivitas biologis tanah lebih
bertumpu pada lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas biologis tersebut
sekitar 80% terdapat pada top soil saja. Kenyataan-kenyataan tersebut
menunjukkan bahwa hutan hujan tropis merupakan ekosistem yang rapuh (fragile
ecosystem), karena setiap komponen tidak bisa berdiri sendiri.
Disamping itu dijumpai pula fenomena
lain yaitu adanya ragam yang tinggi antar lokasi atau kelompok hutan baik vegetasinya
maupun tempat tumbuhnya (Marsono, 1991).
Dari
ciri khas tersebut membuat hutan tropis di Indonesia sangat rentan terhadap
kerusakan hutan. Kerusakan hutan tropis di Indonesia diperkirakan mencapai 2
juta hektar per tahun. Kerusakan hutan tropis di Indonesia disebabkan oleh berbagai
faktor baik dari pihak yang hanya mencari keuntungan semata atau pun dari cara
pengelolaan hutan tropis yang salah, karena tidak mengerti tentang
karakteristik hutan tropis itu sendiri.
Usaha penanggulangan dan pencegahan
kerusakan hutan tropis di Indonesia
merupakan hal yang mendesak dilakukan. Jika tidak hutan tropis ini akan hilang
akibat kegiatan-kegiatan penebangan hutan, pertambangan, pemukiman penduduk,
pembukaan lahan pertanian, kebakaran hutan dan konversi dalam bentuk lain.
Banyak
para ahli yang mendiskripsi hutan hujan tropis sebagai ekosistem spesifik, yang
hanya dapat berdiri mantap dengan keterkaitan antara komponen penyusunnya
sebagai kesatuan yang utuh. Keterkaitan antara komponen penyusun ini memungkinkan
bentuk struktur hutan tertentu yang dapat memberikan fungsi tertentu pula
seperti stabilitas ekonomi, produktivitas biologis yang tinggi, siklus
hidrologis yang memadai dan lain-lain. Secara nyata di lapangan, tipe hutan ini
memiliki kesuburan tanah yang sangat rendah, tanah tersusun oleh partikel
lempung yang bermuatan negatif rendah seperti kaolinite dan illite.
Kondisi tanah asam ini memungkinkan besi dan almunium menjadi aktif di samping kadar silikanya memang cukup tinggi, sehingga melengkapi keunikan hutan ini. Namun dengan pengembangan struktur yang mantap terbentuklah salah satu fungsi yang menjadi andalan utamanya yaitu ”siklus hara tertutup” (closed nutrient cycling) dan keterkaitan komponen tersebut, sehingga mampu mengatasi berbagai kendala/keunikan tipe hutan ini (Withmore, 1975).
Kondisi tanah hutan ini juga menunjukkan keunikan dan ciri khas tersendiri. Aktivitas biologis tanah lebih bertumpu pada lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas biologis tersebut sekitar 80% terdapat pada top soil saja. Kenyataan-kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hutan hujan tropis merupakan ekosistem yang rapuh (fragile ecosystem), karena setiap komponen tidak bisa berdiri sendiri.
Disamping itu dijumpai pula fenomena lain yaitu adanya ragam yang tinggi antar lokasi atau kelompok hutan baik vegetasinya maupun tempat tumbuhnya (Marsono, 1991).
Dari ciri khas tersebut membuat hutan tropis di Indonesia sangat rentan terhadap kerusakan hutan. Kerusakan hutan tropis di Indonesia diperkirakan mencapai 2 juta hektar per tahun. Kerusakan hutan tropis di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor baik dari pihak yang hanya mencari keuntungan semata atau pun dari cara pengelolaan hutan tropis yang salah, karena tidak mengerti tentang karakteristik hutan tropis itu sendiri.
Kondisi tanah asam ini memungkinkan besi dan almunium menjadi aktif di samping kadar silikanya memang cukup tinggi, sehingga melengkapi keunikan hutan ini. Namun dengan pengembangan struktur yang mantap terbentuklah salah satu fungsi yang menjadi andalan utamanya yaitu ”siklus hara tertutup” (closed nutrient cycling) dan keterkaitan komponen tersebut, sehingga mampu mengatasi berbagai kendala/keunikan tipe hutan ini (Withmore, 1975).
Kondisi tanah hutan ini juga menunjukkan keunikan dan ciri khas tersendiri. Aktivitas biologis tanah lebih bertumpu pada lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas biologis tersebut sekitar 80% terdapat pada top soil saja. Kenyataan-kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hutan hujan tropis merupakan ekosistem yang rapuh (fragile ecosystem), karena setiap komponen tidak bisa berdiri sendiri.
Disamping itu dijumpai pula fenomena lain yaitu adanya ragam yang tinggi antar lokasi atau kelompok hutan baik vegetasinya maupun tempat tumbuhnya (Marsono, 1991).
Dari ciri khas tersebut membuat hutan tropis di Indonesia sangat rentan terhadap kerusakan hutan. Kerusakan hutan tropis di Indonesia diperkirakan mencapai 2 juta hektar per tahun. Kerusakan hutan tropis di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor baik dari pihak yang hanya mencari keuntungan semata atau pun dari cara pengelolaan hutan tropis yang salah, karena tidak mengerti tentang karakteristik hutan tropis itu sendiri.
5. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati Di Indonesia
Keanekaragaman hayati di Indonesia
memang cukup banyak. Hal itu terjadi karena Indonesia adalah negara tropis,
tanah pun subur. Hutan hujan tropis adalah tempat dimana keanekaragaman hayati
berada. Itulah alasan kenapa hutan hujan tropis sering disebut sebagai plasma
nutfah. Ada juga keanekaragaman hayati seperti halnya di daerah Ujung Kulon,
Pulau Komodo dan sebagainya dijadikan sebagai "World Herritage"
karena daerah-daerah tersebut memiliki keanekaragaman yang tinggi dan
khas. Walaupun keanekaragaman hayati masih banyak di Indonesia, Juga banyak terdapat keanekaragaman
hayati di indonesia
yang sekarang terancam punah. Salah satunya adalah gambar yang ada di atas ini,
"Harimau Sumatera". Bukan hanya itu, banyak juga tumbuhan dan
binatang lain yang terancam punah, contoh binatang yang terancam punah adalah
sebagai berikut:
Binatang-binatang di atas sudah
hampir punah (langka). Tetapi, bukan binatang di atas saja yang sudah hampir punah,
terdapat binatang lain juga yang langka, yaitu: Komodo, Ikan Solera Merah,
Elang Jawa, Cendrawasih, Maleo, Badak Bercula Satu, Jalak Bali, dan sebagainya.
Ada juga
tumbuhan yang langka.Salah satunya adalah Kopi Anjing, Kepel, Anggrek Hitam,
Bunga Bangkai, dan sebagainya.
Dari sini, pasti kita tahu penyebab
kelangkaan tersebut. Salah satu penyebabnya adalah:
1) Tingkat reproduksi rendah
Pada hewan yang masa kehamilannya lama dan jumlah keturunan yang dilahirkan sedikit
2) Bencana Alam
Bencana alam dapat menyebabkan kerusakan ekosistem bahkan punahnya organisme tertentu.
3) Aktivitas Manusia
Beberapa aktivitas manusia yang menghancurkan ekosistem tertentu sehingga keanekaragaman hayati mati.
contohnya:
-Pemburuan dan penangkapan hewan secara liar terus menerus.
-Penangkapan hewan yang ada di laut dengan cara yang salah seperti dengan menggunakan bahan kimia, listrik, dan lain-lain.
-Penebangan hutan secara liar mengakibatkan rusaknya hutan dan punahnya flora dan fauna
-Mengembangkan flora dan fauna tertentu sehingga ekosistem menjadi tidak seimbang.
-Mendatangkan flora dan fauna tertentu dari negara lain dan mengembangkannya.
Jika banyak penyebab keanekaragaman hayati tersebut langka, seharusnya ada usaha untuk melestarikan keanekaragaman hayati tersebut.Usaha pelestarian(konservasi) dapat dilakukan di habibat asli (in situ) ataupun di luar habibat asli (ex situ).
1) Tingkat reproduksi rendah
Pada hewan yang masa kehamilannya lama dan jumlah keturunan yang dilahirkan sedikit
2) Bencana Alam
Bencana alam dapat menyebabkan kerusakan ekosistem bahkan punahnya organisme tertentu.
3) Aktivitas Manusia
Beberapa aktivitas manusia yang menghancurkan ekosistem tertentu sehingga keanekaragaman hayati mati.
contohnya:
-Pemburuan dan penangkapan hewan secara liar terus menerus.
-Penangkapan hewan yang ada di laut dengan cara yang salah seperti dengan menggunakan bahan kimia, listrik, dan lain-lain.
-Penebangan hutan secara liar mengakibatkan rusaknya hutan dan punahnya flora dan fauna
-Mengembangkan flora dan fauna tertentu sehingga ekosistem menjadi tidak seimbang.
-Mendatangkan flora dan fauna tertentu dari negara lain dan mengembangkannya.
Jika banyak penyebab keanekaragaman hayati tersebut langka, seharusnya ada usaha untuk melestarikan keanekaragaman hayati tersebut.Usaha pelestarian(konservasi) dapat dilakukan di habibat asli (in situ) ataupun di luar habibat asli (ex situ).
Konservasi in situ merupakan upaya pelestarian di habibat asli, sedangkan
konservasi ex situ
dilakukan di luar habibat asli.
Contoh pelestarian habibat asli adalah taman nasional yang melindungi
hewan-hewan dan burung beraneka ragam,sedangkan pelestarian di luar habibat
asli adalah kebun binatang,kebun botani yang melindungi aneka tumbuhan,
dan plasma nuftah yaitu kumpulan flora dan fauna yang terdapat
di alam danmasih membawa sifat-sifat yang asli, seperti koleksi
padi,koleksi jagung, koleksi biji legume. Macam-macam Bentuk (Upaya
Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati) Usaha pelestarian sumber daya alam
hayati tidak lepas dari usaha pelestarian lingkungan hidup. Usaha-usaha
dalam pelestrian lingkungan hidup bukan hanya tanggung jawab pemerintah
saja, melainkan tanggung jawab kita semua.Untuk menggalakkan perhatian
kita kepada pelestarian lingkungan hidup,maka setiap tanggal 5 Juni diperingati
sebagai Hari Lingkungan Sedunia.
Ditingkat Internasional, peringatan Hari Lingkungan Hidup ditandai
dengan pemberian penghargaan kepada perorangan ataupun kelompok atas
sumbangan praktis mereka yang berharga bagi pelestarian lingkungan
atau perbaikan lingkungan hidup di tingkat lokal, nasional,
dan internasional.Penghargaan ini diberi nama "Global 500" yang
diprakarsai Program Lingkungan PBB (UNEP = United Nation Environment Program).
Di tingkat nasional, Indonesia
tidak ketinggalan dengan memberikan hadiah, sebagai berikut.
a) Kalpataru: Hadiah Kalpataru
diberikan kepada berikut ini:
1. Perintis lingkungan hidup,yaitu
mereka yang telah mempelopori untuk mengubah lingkungan hidup yang kritis
menjadi subur kembali.
2. Penyelamat lingkungan hidup,yaitu
mereka yang telah menyelamatkan lingkungan hidup yang rusak.
3. Pengabdi lingkungan hidup,yaitu
petugas-petugas yang telah mengabdikan dirinya untuk menjaga kelestarian
lingkungan hidup.
1. Pelestarian Keanekaragaman Hayati
secara In situ
Pelestarian Keanekaragaman Hayati secara In situ yaitu suatu upaya pelestarian sumber daya alam hayati di habitat atau tempat aslinya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan karakteristik tumbuhan atau hewan tertentu sangat membahayakan kelestariannya apabila dipindahkan ke tempat lainnya. Contohpelestarian Keanekaragaman Hayati secara In situ sebagai berikut.
a. Suaka margasatwa untuk komodo di Taman Nasional Komodo, Pulau Komodo.
b. Suaka margasatwa untuk badak bercula satu di Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa Barat.
c. Pelestarian bunga Rafflesia di Taman Nasional Bengkulu.
d. Pelestarian terumbu karang di Bunaken.
Pelestarian Keanekaragaman Hayati secara In situ yaitu suatu upaya pelestarian sumber daya alam hayati di habitat atau tempat aslinya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan karakteristik tumbuhan atau hewan tertentu sangat membahayakan kelestariannya apabila dipindahkan ke tempat lainnya. Contohpelestarian Keanekaragaman Hayati secara In situ sebagai berikut.
a. Suaka margasatwa untuk komodo di Taman Nasional Komodo, Pulau Komodo.
b. Suaka margasatwa untuk badak bercula satu di Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa Barat.
c. Pelestarian bunga Rafflesia di Taman Nasional Bengkulu.
d. Pelestarian terumbu karang di Bunaken.
2. Pelestarian Keanekaragaman Hayati
secara Ek situ,
pelestarian Keanekaragaman Hayati secara Ek situ yaitu suatu upaya pelestarian yang dilakukan dengan memindahkan ke tempat lain yang lebih cocok bagi perkembangan kehidupannya. Contoh pelestarian Keanekaragaman Hayati secara Ek situ sebagai berikut.
a. Kebun Raya dan Kebun Koleksi untuk menyeleksi berbagai tumbuhan langka dalam rangka melestarikan plasma nuftah.
b. Penangkaran jalak bali di kebun binatang Wonokromo. Salah satu cara untuk ikut melestarikan keanekaragaman hayati secara nyata dan untuk pemenuhan kebutuhan dapur dan tanaman obat maka kita dapat membuat kebun tanaman obat, baik di sekolah ataupun di rumah kita sendiri. Dengan menggalakkan kebun tanaman obat ini, diharapkan tidak akan terjadi kelangkaan tanaman obat akibat kecenderungan mengkonsumsi obat-obatan kimia dan meninggalkan fungsi tanaman obat-obatan tradisional bagi kesehatan kita. Klasifikasi merupakan suatu cara untuk mengelompokkan makhluk hidup. Dalam pengelompokkan makhluk hidup diperlukan aturan, yaitu dasar yang digunakan untuk pengelompokkan, seperti persamaan dan perbedaan ciri-ciri serta sifat makhluk hidup, yang meliputi ciri morfologis, anatomis, biokimia, dan reproduksinya. Pengelompokan makhluk hidup yang sudah menggunakan aturan tertentu ini disebut sistematika.
pelestarian Keanekaragaman Hayati secara Ek situ yaitu suatu upaya pelestarian yang dilakukan dengan memindahkan ke tempat lain yang lebih cocok bagi perkembangan kehidupannya. Contoh pelestarian Keanekaragaman Hayati secara Ek situ sebagai berikut.
a. Kebun Raya dan Kebun Koleksi untuk menyeleksi berbagai tumbuhan langka dalam rangka melestarikan plasma nuftah.
b. Penangkaran jalak bali di kebun binatang Wonokromo. Salah satu cara untuk ikut melestarikan keanekaragaman hayati secara nyata dan untuk pemenuhan kebutuhan dapur dan tanaman obat maka kita dapat membuat kebun tanaman obat, baik di sekolah ataupun di rumah kita sendiri. Dengan menggalakkan kebun tanaman obat ini, diharapkan tidak akan terjadi kelangkaan tanaman obat akibat kecenderungan mengkonsumsi obat-obatan kimia dan meninggalkan fungsi tanaman obat-obatan tradisional bagi kesehatan kita. Klasifikasi merupakan suatu cara untuk mengelompokkan makhluk hidup. Dalam pengelompokkan makhluk hidup diperlukan aturan, yaitu dasar yang digunakan untuk pengelompokkan, seperti persamaan dan perbedaan ciri-ciri serta sifat makhluk hidup, yang meliputi ciri morfologis, anatomis, biokimia, dan reproduksinya. Pengelompokan makhluk hidup yang sudah menggunakan aturan tertentu ini disebut sistematika.
3.
Peranan pemerintah dalam menjaga kelestarian hayati di Indonesia.
a.
Perlindungan Alam Umum
Perlindungan
alam umum merupakan perlindungan terhadap fl ora, fauna, dan tanahnya.
Perlindungan alam umum dibagi menjadi tiga, yaitu perlindungan alam ketat,
perlindungan alam terbimbing, dan taman nasional. Perlindungan alam ketat
adalah perlindungan alam tanpa campur tangan manusia, kecuali apabila dipandang
perlu. Jadi, dalam perlin dungan ini, alam dibiarkan berkembang dengan
sendirinya. Tujuan perlindungan ini untuk penelitian ilmiah. Contohnya adalah
cagar alam Ujung Kulon sedangkan perlindungan alam terbimbing adalah perlindungan
alam oleh para ahli. Contohnya adalah Kebun Raya Bogor. Kedua perlindungan alam
tersebut biasanya berupa areal atau wilayah yang relatif sempit. Berbeda dengan
perlindungan alam, taman nasional (national park) merupakan perlindungan
terhadap keadaan alam yang meliputi daerah yang sangat luas, di mana tidak
diperbolehkan dibangun rumah tinggal atau untuk kepentingan industri. Namun
demikian, taman nasional dapat difungsikan sebagai tempat rekreasi dan wisata,
asalkan tidak mengubah keseimbangan ekosistem. Contohnya adalah Taman Safari
Bogor. Berdasarkan hasil konggres internasional pada tahun 1982, ditetapkan
enam belas Taman Nasional (T.N.) di Indonesia. Keenambelas taman nasional
tersebut adalah:
1. T. N. Kerinci (Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu) 1.485.000 hektar.
2. T. N. Gunung Leuser (Sumatera Utara, Aceh) 793 hektar.
3. T. N. Barisan Selatan (Lampung, Bengkulu) 365.000 hektar.
4. T. N. Tanjung Puting (Kalimantan Tengah) 355.000 hektar.
5. T. N. Drumoga Bone (Sulawesi Utara) 300.000 hektar.
6. T. N. Lorelindu (Sulawesi Tengah) 231.000 hektar.
7. T. N. Kutai (Kalimantan Timur) 200.000 hektar.
8. T. N. Manusela Wainua (Maluku) 189.000 hektar.
9. T. N. Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) 108.000 hektar.
10. T. N. Ujung Kulon (Jawa Barat) 79.000 hektar.
11. T. N. Besakih (Bali) 78.000 hektar.
12. T. N. Pulau Komodo (Nusa Tenggara Barat) 75.000 hektar.
13. T. N. Bromo, Tengger, Semeru (Jawa Timur) 58.000 hektar.
14. T. N. Meru Betiri (Jawa Timur) 50.000 hektar.
15. T. N. Baluran (Jawa Timur) 25.000 hektar.
16. T. N. Gunung Gede, Pangrango (Jawa Barat) 15 hektar.
1. T. N. Kerinci (Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu) 1.485.000 hektar.
2. T. N. Gunung Leuser (Sumatera Utara, Aceh) 793 hektar.
3. T. N. Barisan Selatan (Lampung, Bengkulu) 365.000 hektar.
4. T. N. Tanjung Puting (Kalimantan Tengah) 355.000 hektar.
5. T. N. Drumoga Bone (Sulawesi Utara) 300.000 hektar.
6. T. N. Lorelindu (Sulawesi Tengah) 231.000 hektar.
7. T. N. Kutai (Kalimantan Timur) 200.000 hektar.
8. T. N. Manusela Wainua (Maluku) 189.000 hektar.
9. T. N. Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) 108.000 hektar.
10. T. N. Ujung Kulon (Jawa Barat) 79.000 hektar.
11. T. N. Besakih (Bali) 78.000 hektar.
12. T. N. Pulau Komodo (Nusa Tenggara Barat) 75.000 hektar.
13. T. N. Bromo, Tengger, Semeru (Jawa Timur) 58.000 hektar.
14. T. N. Meru Betiri (Jawa Timur) 50.000 hektar.
15. T. N. Baluran (Jawa Timur) 25.000 hektar.
16. T. N. Gunung Gede, Pangrango (Jawa Barat) 15 hektar.
Berbagai
taman nasional tersebut memiliki jenis-jenis hayati yang khas. Contohnya adalah
T. N. Pulau Komodo yang melindungi biawak komodo (Varanus komodoensis).
Sedangkan T. N. Gunung Gede Pangangro adalah taman nasional yang di bawahnya
ada Kebun Raya
Cibodas. Untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia, maka pemerintah melakukan beberapa hal, yaitu menetapkan konservasi lingkungan, meliputi cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, taman raya, dan taman perburuan. Tiap-tiap jenis konservasi tersebut memiliki prinsip pengelolaan yang berbeda. Setiap jenis konservasi memiliki nilai manfaat tertentu. Cagar alam berfungsi sebagai kantung plasma nutfah (penyimpanan gengen tiap jenis makhluk hidup). Hal ini bertujuan untuk mencegah punahnya makhluk hidup. Selain itu, cagar alam juga menjadi habitat (tempat hidup) satwa liar dan tumbuhan, pusat pengaturan sistem air, tempat pengungsian satwa, tempat penelitian dan pendidikan, dan referensi (pusat rujukan). Sedangkan fungsi utama taman buru, yaitu sebagai tempat pengembangan ekonomi kepariwisataan, pusat pendidikan, tempat perburuan, tempat koleksi tumbuhan dan satwa, dan penunjang devisa daerah dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan.
Cibodas. Untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia, maka pemerintah melakukan beberapa hal, yaitu menetapkan konservasi lingkungan, meliputi cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, taman raya, dan taman perburuan. Tiap-tiap jenis konservasi tersebut memiliki prinsip pengelolaan yang berbeda. Setiap jenis konservasi memiliki nilai manfaat tertentu. Cagar alam berfungsi sebagai kantung plasma nutfah (penyimpanan gengen tiap jenis makhluk hidup). Hal ini bertujuan untuk mencegah punahnya makhluk hidup. Selain itu, cagar alam juga menjadi habitat (tempat hidup) satwa liar dan tumbuhan, pusat pengaturan sistem air, tempat pengungsian satwa, tempat penelitian dan pendidikan, dan referensi (pusat rujukan). Sedangkan fungsi utama taman buru, yaitu sebagai tempat pengembangan ekonomi kepariwisataan, pusat pendidikan, tempat perburuan, tempat koleksi tumbuhan dan satwa, dan penunjang devisa daerah dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan.
b.
Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu
Perlindungan
alam dengan tujuan tertentu merupakan perlindungan dengan tujuan khusus.
Kekhususan tersebut berlatar belakang dari potensi yang ada di kawasan yang
bersangkutan. Macam-macam perlindungan tersebut adalah seba gai berikut.
1)
Perlindungan alam geologi
Perlindungan
alam geologi yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi formasi geologi
tertentu, misalnya batuan.
2)
Perlindungan alam botani
Perlindungan
alam botani yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi komunitas tumbuhan
tertentu, misalnya Kebun Baya Bogor.
3)
Perlindungan alam zoologi
Perlindungan
alam zoologi yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi hewan langka dan
mengembangkannya dengan cara memasukkan hewan sejenis ke daerah lain, misalnya
cagar alam Ujung Kulon.
4)
Perlindungan alam antropologi
Perlindungan
alam antropologi yaitu per lindungan alam dengan tujuan melindungi suku bangsa
terisolir, misal suku Indian di Amerika, suku Asmat di Irian, dan suku Badui di
Banten Selatan.
5)
Perlindungan pemandangan alam
Perlindungan
pemandangan alam yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi keindahan
alam, misalnya lembah sianok di Sumatra barat.
6)
Perlindungan monumen alam
Perlindungan
monumen alam yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi benda-benda alam,
misalnya stalagtit dan stalagmit dalam gua serta air terjun.
7)
Perlindungan suaka margasatwa
Perlindungan
suaka margasatwa yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi hewan-hewan yang
terancam punah, misalnya badak, gajah, dan harimau Jawa.
Perlindungan
hutan
Perlindungan
hutan yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi tanah, air, dan perubahan
iklim.
9)
Perlindungan ikan
Perlindungan
ikan yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi ikan yang terancam punah.
Pelestarian in situ merupakan
pelestarian alam yang dilakukan di habitat aslinya. Pelestarian ini dapat
berupa pembuatan taman wisata, taman nasional, dan hutan lindung. Sementara
itu, pelestarian ex
situ merupakan pelestarian alam yang dilakukan bukan di habitat
aslinya. Contoh pelestarian ex situ adalah kebun koleksi, kebun botani, kebun binatang,
dan kebun plasma nutfah. Di kebun koleksi, dikumpulkan plasma nutfah unggul
semua varietas dari spesies tertentu sesuai tujuan pelestarian. Contoh kebun
koleksi adalah Kebun Koleksi Kelapa di Bone-Bone. Di kebun botani dikumpulkan
berbagai jenis tumbuhan sehingga di lahan yang terbatas dapat ditemukan ribuan
jenis tumbuhan.
Jika sebagian besar masyarakat Indonesia
melakukan aktivitas eksploitasi sumber daya hayati secara terus-menerus tanpa
diimbangi dengan usaha pelestarian maka dalam waktu yang relatif singkat sumber
daya hayati akan punah.Maka dari itu kita harus melestarikannya dengan berbagai
cara :
· Cagar Alam
Cagar alam adalah kawasan
perlindungan alam yang memiliki tumbuhan, hewan, dan ekosistem yang khas
sehingga perlu dilindungi.Perkembangan dan pertumbuhan hewan dan tumbuhan,
berlangsung secara alami. Sesuai dengan fungsinya cagar alam dapat dimanfaatkan
untuk penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan wisata.
Terdapat dua jenis cagar alam yaitu
cagar alam darat dan cagar alam laut. Di Indonesia cagar alam darat antara lain
: Cagar Alam Morowali di Sulawesi tengah, Cagar Alam Nusa Kambangandi Jawa
Tengah, Cagar Alam Gunung Papandayan di Jawa Barat, Cagar Alam Dolok Sipirok di
Sumatera Utara, Cagar Alam Hutan Pinus Janthoi di NAD (Aceh). Sedangkan cagar
alam laut antara lain : Cagar Alam Kepulauan Aru Tenggara di Maluku, Cagar Alam
Pulau Anak Krakatau di Lampung, dan Cagar Alam Kepulauan Karimata di Kalimantan
Barat.
· Suaka
Margasatwa
Suaka Margasatwa adalah kawasan
suaka alam yang memiliki ciri khas berupa keanekaragaman dan keunikan jenis
satwa, dan untuk kelangsungan hidup satwa dapat dilakuakn pembinaan terhadap
habitatnya.
Di Indonesia suaka margasatwadarat
antara lain : Suaka Margasatwa Rawa Singkil di NAD (Aceh), Suaka Margasatwa
Padang Sugihan di Sumatera Selatan, Suaka Margasatwa Muara Angke di DKI Jakarta, Suaka Margasatwa
Tambora Selatan di Nusa Tenggara Barat, Suaka Margasatwa Lamandau di Kalimantan
Tengah, dan Suaka Margasatwa Buton di Sulawesi Tenggara. Sedangkan Suaka
Margasatwa laut antara lain : Suaka Margasatwa Kepulauan Panjang di Papua,
Suaka Margasatwa Pulau Kassa di Maluku, dan Suaka Margasatwa Foja di Papua.
· Taman Nasional
Taman nasional adalah kawasan pelestarian
alam yang memiliki ekosistem asli yang dikelola dengan sistem zonasi.
Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan wisata.
Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan wisata.
Terdapat dua jenis taman nasional,
yaitu taman nasional darat dan taman nasional laut. Taman
nasional darat antara lain ; Taman Nasional Leuser di Sumatera Utara, Taman
Nasional Ujung Kulon di Banten, Taman Nasional Meru Betiri di Jawa Timur, dan
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di Riau. Sedangkan taman nasional laut antara
lain ; Taman Nasional Kepulauan Seribu di DKI Jakarta, Taman Nasional Komodo di Nusa
Tenggara Timur, dan Taman Nasional Bunaken di Sulawesi Utara.
· Konservasi
In-Situ
Konservasi in situ berarti
konservasi dari spesies target ‘di tapak (on site)’, dalam ekosistem alami atau
aslinya, atau pada tapak yang sebelumnya ditempat oleh ekosistem tersebut.
Khusus untuk tumbuhan meskipun berlaku untuk populasi yang dibiakkan secara
alami, konservasi in situ mungkin termasuk regenerasi buatan bilamana penanaman
dilakukan tanpa seleksi yang disengaja dan pada area yang sama bila benih atau
materi reproduktif lainnya dikumpulkan secara acak.
Secara umum, metode konservasi in
situ memiliki 3 ciri:
· Fase pertumbuhan dari spesies target
dijaga di dalam ekosistem di mana mereka terdapat secara alami;
· Tataguna lahan dari tapak terbatas
pada kegiatan yang tidak memberikan dampak merugikan pada tujuan konservasi
habitat;
· Regenerasi target spesies terjadi
tanpa manipulasi manusia atau intervensi terbatas pada langkah jangka pendek
untuk menghindarkan faktor-faktor yang merugikan sebagai akibat dari tataguna
lahan dari lahan yang berdekatan atau dari fragmentasi hutan. Contoh dari
manipulasi yang mungkin perlu pada ekosistem yang telah berubah adalah
regenerasi buatan menggunakan spesies lokal dan pengendalian gulma secara
manual atau pembakaran untuk menekan spesies yang berkompetisi.
Persyaratan kunci untuk konservasi
in situ dari spesies jarang (rare
species) adalah penaksiran dan perancangan ukuran populasi minimum
viable (viable population areas)
dari target spesies. Untuk menjamin konservasi diversitas genetik yang besar di
dalam spesies, beberapa area konservasi mungkin diperlukan, jumlah yang tepat
dan ukurannya akan tergantung kepada distribusi diversitas genetik dari spesies
yang dikonservasi. Penjagaan dan berfungsinya ekosistem pada konservasi in situ
tergantung kepada pemahaman beberapa interaksi ekologi, terutama hubungan
simbiotik di antara tumbuhan atau hewan, penyebaran biji, jamur yang
berasosiasi dengan akar dan hewan yang hidup di dalam ekosistem.
· Konversi
Ex-Situ
Konservasi ex situ merupakan metode
konservasi yang mengonservasi spesies di luar distribusi alami dari populasi
tetuanya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan
(langka) dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau terancam dan
menempatkannya atau bagiannya di bawah perlindungan manusia. Kebun botani
(raya), arboretum, kebun binatang dan aquarium merupakan metode konservasi ex
situ konvensional. Fasilitas ini menyediakan bukan hanya tempat terlindung dari
spesimen spesies langka tetapi juga memiliki nilai pendidikan. Fasilitas ini
memberikan informasi bagi masyarakat mengenai status ancaman pada spesies
langka dan faktor-faktor yang menimbulkan ancaman dan membahayakan kehidupan
spesies (Irwanto, 2007).
Irwanto (2007) lebih lanjut
menjelaskan bentuk yang paling umum untuk konservasi ex situ untuk pohon adalah
tegakan hidup. Tegakan seperti ini sering kali bermula dari koleksi sumber
benih dan dipelihara untuk pengamatan. Ukuran tegakan mungkin berkisar dari
spesimen dalam kebun botani (raya) dan arboretum, sampai dengan beberapa pohon
ornamental pada plot-plot kecil, atau plot-plot yang lebih besar untuk pohon.
Tegakan hidup yang cukup luas untuk tujuan konservasi misalnya apa yang
dinamakan tegakan konservasi. Ini merupakan konservasi yang bersifat
evolusinari dan berlawanan dengan konservasi statik dalam arti memiliki tujuan
mendukung perubahan genetik sejauh hal ini berkontribusi pada adaptasi yan
berkelanjutan. Konservasi evolusinari ini memiliki ciri:
· Pohon-pohon bereproduksi melalui
benih dari satu generasi ke generasi berikutnya; gen akan terkonservasi tetapi
genotipe tidak, karena rekombinasi gen akan terjadi pada setiap generasi.
· Intervensi manusia bila ada,
dirancang untuk memfasilitasi proses genetik yang moderat daripada
menghindarkannya.
· Variasi genetik di antara populasi
dari lingkungan yang berbeda secara umum dipertahankan.
· Pemanfaatan keanekaragaman hayati
melalui usaha pelestarian
· Tebang pilih, yaitu penebangan pohon
secara selektif (terpilih) bagi pohon-pohon yang memenuhi persyaratan untuk
ditebang, baik dari segi umur, ketersediaan jenisnya, maupun jumlahnya.
· Reboisasi, yaitu penanaman kembali
hutan bekas tebangan dengan tumbuhan yang masih muda.
· Perburuan musiman, yaitu pemanfaatan
SDA pada musim tertentu, yaitu menghindari berburu pada musim kawin, masa
hamil, atau masa beranak.
· Penganekaragaman bahan pangan, yaitu
pemanfaatan SDA sebagai bahan pangan secara bervariasi dengan menghindari
penggunaan bahan makanan satu jenis saja sehingga tidak menghabiskan jenis
tersebut.
· Pelestarian keanekaragaman hayati
melalui usaha perlindungan
· Perlindungan alam, dalam usaha
menjaga kelestarian alam. Ada
2 cara, yaitu:
a) pelestarian in situ,
yaitu pelestarian alam di habitat
aslinya. Misalnya taman wisata, taman nasional, dan hutan lindung.
b) pelestarian ex situ,
pelestarian alam bukan di habitat
aslinya. Misalnya kebun koleksi, kebun botani, kebun binatang, dan kebun plasma
nuftah.
· Macam-macam perlindungan alam
a. perlindungan alam umum,
yaitu secara terbimbing oleh para
ahli atau diarahkan (seperti Kebun Raya Bogor dan Taman Nasional), dan secara
ketat yang sesuai kehendak alam tanpa adanya campur Tangan manusia kecuali jika
diperlukan..
b. perlindungan alam khusus,
yaitu yang ditujukan kepada satu
atau beberapa unsure alam tertentu. Contohnya: perlindungan botani,
perlindungan zoology, perlindungan geologi, perlindungan alam antropologi, dan
perlindungan ikan.
c. Perlindungan satwa langka,
yaitu yang dikenal dengan suaka
marga satwa. Cara pelestariannya diantaranya:
ü dibuat
undang-undang perburuan serta tindakan hukuman bagi pelanggar.
ü membiarkan
hewan-hewan langka yang hamper punah.
ü memindahkan
hewan langka yang hamper punah ke habitat yang lebih cocok.
· Mempelajari keanekaragaman hayati
tanpa dan dengan cara klasifikasi
Bila kita mempelajari keanekaragaman
hayati tanpa klasifikasi, akan memungkinkan terjadinya kerancuan pengertian
dalam menunjuk suatu jenis makhluk hidup, misalnya burung gereja di Belanda
musch, di Inggris house sparrow, di Amerika english sparrow, di Spanyol
gorrion, di Jerman hausspreling. Bahkan dalam satu negara sering dijumpai
spesies hewan atau tumbuhan memiliki nama daerah berbeda-beda, misalnya burung
merpati di Jawa Tengah doro, di Madura dere, di Bali kedis dedare, dan di Jawa
Barat japati.
6. Manfaat
Keanekaragaman Hayati di Indonesia
A. PENDAHULUAN
Keragaman hayati (biodiversity atau biological diversity) merupakan
istilah yang digunakan untuk menggambarkan kekayaan berbagai bentuk kehidupan
di bumi ini mulai dari organisme bersel tunggal sampai organisme tingkat
tinggi. Keragaman hayati mencakup keragaman habitat, keragaman spesies (jenis)
dan keragaman genetik (variasi sifat dalam spesies).
Masyarakat dimanapun berada
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai organisme lain yang ada
pada habitat tersebut dan membentuk suatu sistem ekologi dengan ciri saling
tergantung satu sama lain. Masyarakat secara alamiah telah mengembangkan
pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh kehidupan dari keragaman hayati yang
ada di lingkungannya baik yang hidup secara liar maupun budidaya. Misalnya
masyarakat pemburu memanfaatkan ribuan jenis hewan dan tumbuhan untuk makanan,
obat-obatan dan tempat berteduh. Masyarakat petani, peternak dan nelayan
mengembangkan pengetahuan dan teknologi untuk memanfaatkan keragaman hayati di
darat, sungai, danau dan laut untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup mulai
dari makanan, pakaian, perumahan sampai obat-obatan. Masyarakat industri
memanfaatkan keragaman hayati untuk menghasilkan berbagai produk industri
seperti tekstil, industri makanan, kertas, obat-obatan, pestisida, kosmetik.
Ilustrasi ini menggambarkan bagaimana keragaman hayati sangat erat hubungannya
dengan masyarakat tanpa memandang tingkatan penguasaan teknologi, status sosial
ekonomi maupun budaya. Dengan demikian, keragaman hayati adalah tulang punggung
kehidupan, baik dari segi ekologi, sosial, ekonomi maupun budaya.
Indonesia adalah salah satu pusat keragaman
hayati terkaya didunia. Di Indonesia terdapat sekitar 25.000 spesies tumbuhan
berbunga (10% dari tumbuhan berbunga dunia). Jumlah spesies mamalia adalah 515
(12% dari jumlah mamalia dunia). Selain itu ada 600 spesies reptilia; 1500
spesies burung dan 270 spesies amfibia. Diperkirakan 6.000 spesies tumbuhan dan
hewan digunakan oleh masyarakat Indonesia
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada
sekitar 7.000 spesiers ikan air tawar maupun laut merupakan sumber protein
utama bagi masyarakat Indonesia
(Shiva, 1994).
Keanekargaman hayati Indonesia
adalah sumber daya yang penting bagi pembangunan nasional. Sifatnya yang mampu
memperbaiki diri merupakan keunggulan utama untuk dapat di manfaatkan secara
berkelanjutan. Sejumlah besar sektor perekonomian nasional tergantung secara
langsung ataupun tak langsung dengan keanekaragaman flora-fauna, ekosistem
alami dan fungsi-fungsi lingkungan yang dihasilkannya. Konservasi
keanekaragaman hayati, dengan demikian sangat penting dan menentukan bagi
keberlanjutan sektor-sekrtor seperti kehutunan, pertanian, dan perikanan,
kesehatan, ilmu pengetahuan, industri dan kepariwisataan, serta sektor-sektor
lain yang terkait dengan sektor tersebut.
1.
MANFAAT SOSIAL
Indonesia memiliki sekitar 350 suku dengan
keanekaragaman agama, kepercayaan dan adat istiadat. Dalam upacara ritual
keagamaan atau adat, banyak digunakan keanekaragaman hayati. Contohnya umat
Islam menggunakan sapi dan kambing dewasa pada setiap hari raya Qurban,
sedangkan umat Kristen memerlukan pohon cemara setiap Natal. Umat Hindu membutuhkan berbagai
spesies keanekaragaman hayati untuk setiap upacara keagamaan yang dilakukan.
Budaya
Keanekaragaman hayati dapat dikembangkan sebagai tempat rekreasi atau
pariwisata, di samping untuk mempertahankan tradisi. Banyak spesies pohon di Indonesia yang
dipercaya sebagai pengusir roh jahat atau tempat tinggal roh jahat seperti
beringin dan bambu kuning (di Jawa). Upacara kematian di Toraja menggunakan
berbagai spesies tumbuhan yang dianggap mempunyai nilai magis untuk ramuan
memandikan mayat. Misalnya limau, daun kelapa, pisang, dan rempah-rempah
lainnya. Pada upacara Ngaben di Bali digunakan 39 spesies tumbuhan. Dari 39
spesies tersebut banyak tumbuhan yang tergolong sebagai penghasil minyak atsiri
dan bau harum seperti kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih, dan cendana.
Jenis lain, yaitu dadap dan tebu hitam diperlukan untuk menghanyutkan abu ke
sungai.
Masyarakat
Indonesia
ada yang menetap di wilayah pegunungan, dataran rendah, maupun dekat dengan
wilayah perairan. Masyrakat tersebut telah terbiasa dan menyatu dengan keadaan
lingkungan sekitarnya. Kegiatan memanen hasil hutan maupun pertanian merupakan
kebiasaan yang khas bagi masyarakat yang tinggal di pegunungan atau dataran
tinggi. Masyarakat tersebut yang hidup berdekatan dengan laut, sungai,
dan hutan memiliki aturan tertentu dalam upaya memanfaatkan tumbuhandan hewan.
Masyarakat memiliki kepercayaan tersendiri mengenai alam. Dengan adanya
aturan-aturan tersebut, keanekaragaman hayati akan terus terjaga
kelestariannya.
2.
MANFAAT EKONOMI
Jenis
hewan (fauna) dan tumbuhan (flora) dapat diperbarui dan dimanfaatkan secara
berkelanjutan. Beberapa jenis kayu memiliki manfaat bagi kepentingan masyarakay
Indonesia
maupun untuk kepentingan ekspor. Jenis kayu-kayu tersebut antara lain adalah
kayu ramin, gaharu, meranti, dan jati jika di ekspor akan menghasilkan devisa
bagi negara. Beberapa tumbuhan juga dapat dijadikan sebagai sumber makanan yang
mengandung karbohidrat, protein, vitamin serta ada tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat-oabatan dan kosmetika. Sumber daya yang berasal dari
hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan dan untuk kegiatan industri.
Dua pertiga wilayah Indonesia
adalah perairan yang dapat dijadikan sumber daya alam yang bernilai ekonomi.
Laut, sungai, dan tambak merupakan sumber-sumber perikanan yang berpotensi
ekonomi. Beberapa jenis diantaranya dikenal sebagai sumber bahan makanan yang mengandung
protein.
3. MANFAAT EKOLOGI
Keanekaragaman
hayati merupakan komponen ekosistem yang sangat penting, misalnya hutan hujan
tropis. Hutan hujan tropis memiliki nilai ekologis atau nilai lingkungan yang
penting bagi bumi, antara lain: a. Merupakan paru-paru bumi Kegiatan
fotosintesis hutan hujan tropis dapat menurunkan kadar karbondioksida (CO2) di
atmosfer, yang berarti dapat mengurangi pencemaran udara dan dapat mencegah
efek rumah kaca. b. Dapat menjaga kestabilan iklim global, yaitu mempertahankan
suhu dan ke lembaban udara.
Selain
berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki
peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis
organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan
oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem sawah
merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia, maka
tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus
meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama
tikus.
Tumbuhan
merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh organisme
lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus, menyimpan air tanah,
dan mencegah erosi. Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh ekosistem. Ekosistem
dengan keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem yang tidak stabil. Bagi
manusia, keanekaragaman yang tinggi merupakan gudang sifat-sifat unggul (plasma
nutfah) untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
4. MANFAAT
FARMASI
Manusia
telah lama menggunakan sumber daya hayati untuk kepentingan medis.
Sedikitnya ada 5.100 spesies tumbuhan digunakan masyarakat untuk ramuan obat
cina. Sekitar 80% penduduk di Dunia ketiga (lebih kurang 3 milyar) tergantung
pada pengobatan tradisonal (Shiva, 1994). Selain pengobatan tradisional,
pengobatan moderenpun sangat tergantung pada keragaman hayati terutama tumbuhan
dan mikroba.
Masyarakat
Aborigin Australia
misalnya, menggunakan banyak sekali tanaman lokal sebagai obat-obatan.
Sebagian kecil obat-obatan Aborigin telah dipergunakan secara luas sebagai
obat-obatan di Barat, seperti minyak eukaliptus untuk melegakan infeksi jalur
pernafasan, akan tetapi saat ini lebih banyak lagi yang sedang diteliti. Sumber
daya dari tanaman liar, hewan dan mikroorganisme juga sangat penting dalam
pencarian bahan-bahan aktif bidang kesehatan. Banyak obat-obatan yang
digunakan saat ini berasal dari tanaman; beberapa antibiotik, berasal
dari mikroorganisme, dan struktur kimia baru ditemukan setiap saat.
5. MANFAAT
INDUSTRI
Keanekaragaman
hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan (dapat mendatangkan devisa
untuk industri). Misalnya untuk bahan baku
industri, rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan-bahan industri misalnya: kayu
gaharu dan cendana untuk industri kosmetik, kayu jati dan rotan untuk meubel,
teh dan kopi untuk industri minuman, gandum dan kedelai untuk industri makanan,
dan ubi kayu untuk menghasilkan alcohol. Rempah-rempah, misalnya lada, vanili,
cabai, bumbu dapur. Perkebunan misalnya: kelapa sawit dan karet.
6. MANFAAT
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Kekayaan
aneka flora dan fauna sudah sejak lama dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak jenis hewan dan tumbuhan yang belum
dipelajari dan belum diketahui manfaatnya. Dengan demikian keadaan ini masih
dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pengetahuan dan penelitian bagi
berbagai bidang pengetahuan. Misalnya penelitian mengenai sumber makanan dan
obat-obatan yang berasal dari tumbuhan.
Keanekaragaman
hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu yang sangat berguna
untuk kehidupan manusia. Masih banyak yang bisa dipelajari tentang bagaimana
memanfaatkan sumber daya hayati secara lebih baik, bagaimana menjaga dasar
genetik dari sumber daya hayati yang terpakai, dan bagaimana untuk
merehabilitasi ekosistem yang terdegradasi. Daerah alami menyediakan
laboratorium yang baik sekali untuk studi seperti ini, sebagai perbandingan
terhadap daerah lain dengan penggunaan sistem yang berbeda, dan untuk
penelitian yang berharga mengenai ekologi dan evolusi. Habitat yang tidak
dialih fungsikan seringkali penting untuk beberapa pendekatan tertentu,
menyediakan kontrol yang diakibatkan oleh perubahan mengenai sistem pelelolaan
yang berbeda dapat diukur dan dilakukan.
7.
ANALISIS
Tumbuhan,
hewan dan mikroorganisme penghuni bumi ini, saling berinteraksi didalam
lingkungan fisik suatu ekosistem, merupakan fondasi bagi pembangunan
berkelanjutan. Sumber daya hayati dari kekayaan kehidupan ini mendukung
kehidupan manusia dan memperkaya aspirasi serta memungkinkan manusia untuk
beradaptasi dengan peningkatan kebutuhan hidupnya serta perubahan lingkunganya.
Pada
saat manusia memasuki revolusi industri, ada kurang lebih 850 juta jenis
flora-fauna yang bersama-sama menghuni bumi. Pada saat ini, dengan populasi
manusia sekitar enam kali, dan dengan tingkat konsumsi sumber daya yang
berlipat jauh lebih besar, peningkatan kapasitas alam melalui upaya budi daya
dan pengelolaan sumber daya tidak mampu mengikuti peningkatan pertumbuhan populasi
dan kebutuhan hidupnya.
Dari
komponen-komponen keanekaragaman hayati, baik diperoleh langsung dari alam
maupun melalui budi-daya, umat manusia memperoleh semua bahan pangan dan
sejumlah besar obat-obatan, serat bahan baku
industi. Sumbangan perekonomian dari pemanenan komponen keanekaragaman hayati
dari alam saja telah mennyumbang empat setengah persen GDP Amerika, atau
bernilai 87 milyar dollar pada akhir tahun 1970. Perikanan lepas pantai, yang
berasal dari jenis-jenis non budi daya telah menyumbang sekitar 100 juta ton
bahan pangan. Pada beberapa negara berkembang masyarakat masih mencari bahan
kebutuhan pangan pokok mereka dari alam. Umbi-umbian, dan sagu di Irian jaya,
dan beberapa sumber karbohidrat utama di beberapa negara masih diperoleh
langsung dari alam .
Nilai
komponen keanekaragaman hayati yang dibudidayakan jauh lebih besar lagi.
Pertanian menyumbang sekitar 32 persen dari GDP negara-negara berkembang.
Perdagangan produk pertanian pada tahun 1989 mencapai 3 triliyun dolar.
Komponen keanekaragaman hayati juga penting bagi kesehatan manusia. Sebelum
industri sintesa muncul, semua bahan obat-obatan diperoleh dari alam, dan
bahkan sekarang bahan-bahan alami ini masih vital. Obat-obatan tradisional
mendukung pemeliharaan kesehatan bagi sekitar 80 % penduduk negara berkembang,
atau lebih dari tiga milyar jiwa secara keseluruhan. Pengobatan tradisional
saat ini di dorong perkembangannya oleh Badan Kesehatan Dunia WHO, dan juga di
banyak negara,termasuk negara maju.
Demikian
juga untuk pengobatan modern, seperempat dari resep obat-obatan yang di berikan
Amerika Serikat mengandung bahan aktif yang diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan
dan hewan, dan lebih dari 3000 antibiotik, termasuk penisilin dan tetrasiklin,
diperoleh dari mikroorganisma. Siklosporin, di kembangkan dari suatu kapang
tanah, merupakan penemuan revolusioner bagi transplantasi jaringan manusia,
seperti untuk jantung dan ginjal, karena mampu menekan efek penolakan tubuh
atas organ baru. Aspirin dan banyak obat-obatan lainnya yang sekarang mampu disintesakan
kimiawi, pertama kali diekstraksi dari tumbuhan liar. Senyawa-senyawa yang
diekstraksi dari tumbuhan, mikroba dan hewan merupakan komponen dalam perumusan
20 obat-obatan terlaris di Amerika yang mencapai angka perdagangan sebesar 6
milyar dolar pada tahun 1988.
Komponen
keanekaragaman hayati juga mempunyai fungsi sebagai komoditi pariwisata.
Diseluruh dunia, pariwisata alam menghasilkan sekitar 2 hingga 12 milyar dolar
pendapatan setiap tahun.
Selain
fungsi ekonomi seperti tersebut diatas, keanekeragaman hayati mempunyai fungsi
sosial dan ekologis. Fungsi sosial keanekaragaman hayati adalah memberikan
kesempatan atau lapangan kerja, bagian dari elemen spiritual masyarakat yang
membentuk budaya setempat, serta membentuk jati diri masyarakat. Nilai
spiritual dan aspirasi dari fungsi sosial ini juga mempengaruhi atau
meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat. Fungsi ekologis keanekaragaman hayati
berkaitan dengan proses-proses ekologis keaneka ragaman hayati, yaitu proses
pertumbuhan, perkembangbiakan, dan evolusi. Tumbuhan menghasilkan oksigen dan
menyaring polutan udara, memberikan mutu udara yang diperukan untuk pernafasan
manusia serta makhlluk hidup lainnya. Proses mikroorganisme tanah memperbaiki
kondisi kimiawi dan biologis tanah, struktur tanah serta kesuburan tanah secara
umum, serta proses-proses lainnya mendukung kehidupan manusia dalam hal
memberikan kualitas kehidupan yang lebih baik.
Fungsi,
jasa dan produk komponen keanekaragaman hayati diatas, serta besarnya nilai
ekonomi yang dihasilkan tidak akan dapat diperoleh secara lestari jika sumber
dayanya sendiri tidak dikelola secara lestari. Dari gambaran di atas, dapat di
ketahui bahwa keanekaragaman hayati berperan sangat penting dan vital untuk
menjamin kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Mulai dari mutu udara, mutu
air, mutu tanah, dan mutu lingkungan secara keseluruhan, hingga untuk pemenuhan
kebutuhan dasar manusia, semuanya tergantung secara langsung maupun tak
langsung pada keanekaragaman hayati.
8. KESIMPULAN
Makhluk
hidup di dunia ini sangat beragam. Keanekaragaman makhluk hidup tersebut
disebut dengan sebutan keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Setiap sistem
lingkungan memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda. Keanekaragaman hayati
ditunjukkan oleh adanya berbagai variasi bentuk, ukuran, warna, dan sifat-sifat
dari makhluk hidup lainnya.
Keanekaragaman
hayati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.
Terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan dalam
mempengaruhi sifat makhluk hidup.
Kegiatan
manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati, baik keanekaragaman gen, jenis
maupun keanekaragaman lingkungan. Namun di samping itu, kegiatan manusia juga
dapat meningkatkan keanekaragaman hayati misalnya penghijauan, pembuatan taman kota, dan pemuliaan.
Keragaman
hayati merupakan komponen penyusun ekosistem alam yang mempunyai
peran
sangat besar baik ditinjau dari segi ekologis, sosial, ekonomis maupun budaya.
Perubahan
ekologis, sosial, ekonomi dan budaya akan terjadi bila dalam perjalanan sejarah
keragaman hayati terancam dan berubah menjadi keseragaman hayati. Teknologi
yang berkembang yang diilhami oleh keragaman hayati hendaknya digunakan
semaksimal mungkin untuk melestarikan keragaman hayati itu sendiri, bukan
sebaliknya menghancurkan keragaman hayati.
Pemanfaatan
keanekaragaman hayati bagimasyarakat harus secara berkelanjutan. Yang dimaksud
dengan manfaat yang berkelajutan adalah manfaat yang tidak hanya untuk generasi
sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
7.
Tingkatan Takson Dalam Sistem
Klasifikasi
Tingkatan takson dalam Taxonomi
Linnaeus. Takson adalah itilah yang digunakan untuk tingkat pengelompokan dalam
kalsifikasi
makhluk hidup. Dalam sistem klasifikasi Linnaeus, makhluk hidup
dikelompokkan menjadi suatu kelompok besar yang kemudian dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil ini kemudian dibagi menjadi
beberapa kelompok yang lebih kecil dan begitu seterusnya sehingga pada akhirnya
tinggal satu jenis kelompok paling kecil yang terdiri dari satu jenis makhluk
hidup.
Tingkatan dan istilah dalam
takson sudah di distandarisasi secara internasional di seluruh dunia
berdasarkan pada International Code of Botanical Nomenclature (untuk tumbuhan)
dan International Committee on Zoological Nomenclature (untuk hewan). Urutan
takson antara lain :
dalam
B. latin
|
dalam
B. Indonesia
|
Kingdom
Divisio/Phillum Clasis Order Familia Genus Species |
Dunia/Kerajaan
Divisio/Filum Kelas Ordo Suku Marga Jenis |
Tingkatan Takson dalam Ilmu Taxonomi
Tingkatan
takson adalah tingkatan unit atau kelompok makhluk hidup yang disusun mulai
dari tingkat tertinggi hingga tingkat terendah. Urutan tingkatan takson mulai
dari tingkat tertinggi ke tingkat terendah, yaitu kingdom (kerajaan) atau
regnum (dunia), phylum (filum) atau divisio (divisi), classis (kelas), ordo
(bangsa), familia (famili/suku), genus (marga), species (spesies/jenis), dan
varietas (ras).
Makin
tinggi tingkatan takson, maka akan makin banyak anggota takson, namu makin
banyak pula perbedaan ciri antar anggota takson. Sebaliknya, makin rendah
tingkatan takson, maka makin sedikit anggota takson, dan makin banyak pula
persamaan ciri antar anggota takson.
1.
Kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia)
Kingdom
merupakan tingkatan takson tertinggi dengan jumlah anggota takson terbesar.
Organisme di bumi dikelompokan menjadi beberapa kingdom, antara lain kingdom
animalia (hewan), kingdom plantae (tumbuhan), kingdom fungsi (jamur), kingdom
monera (organisme uniseluler tanpa nukleus), dan kingdom protista (eukariotik
yang memiliki jaringan sederhana).
2.
Phylum (filum) atau divisio (divisi)
Phylum
digunakan untuk takson hewan, sedangkan divisi digunakan untuk takson tumbuhan.
Kingdom animalia dibagi menjadi beberapa phylum, antara lain filum chordata
(memiliki notokorda saat embrio), filum echidermata (hewan berkulit duri), dan
filum platyhelminthes (cacing pipih). Nama divisi pada tumbuhan menggunakan
akhiran-phyta. Contoh, kingom plantae dibagi menjadi tiga divisi, antara lain
bryophyta (tumbuhan lumut), pteridophyta.
3.
Classis (kelas)
Anggota
takson pada setiap filum atau divisi dikelompokan lagi berdasarkan persamaan
ciri-ciri tertentu. Nama kelas tumbuhan menggunakan akhira yang berbeda-beda,
antara lain : -edoneae (untuk
tumbuhan berbiji tertutup), -opsida (untuk
lumut), -phycae (untuk alga),
dan lain-lain. Contohnya, divisi Angiospermae dibagi menjadi dua kelas, yaitu
kelas Monocotyledoneae dan kelas Dicotyledoneae; divisi bryophyta
diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu hepaticopsida (lumt daun); dan filum
chrysophyta (ganggang keemasan) dikelompokan menjadi 3 kelas, yaitu
Xantophyceae, Chrysophyceae, dan Bacillariophyceae.
4.
Ordo (Bangsa)
Angggota
takson pada setiap kelas dikelompokan lagi menjadi beberapa ordo berdasarkan
persamaan ciri-ciri yang lebih khusus. Nama ordo pada takson tumbuhan biasanya
menggunakan akhiran –ales.Sebagai contoh, kelas Dicotyleneae dibagi menjadi
beberapa ordo, antara lain ordo Solanales, Cucurbitales, Malvales, Rosales,
Asterales, dan Poales.
5.
Familia (Familia/Suku)
Anggota
takson setiap ordo di kelompokan lagi menjadi beberapa famili berdasarkan
persamaan ciri-ciri tertentu. Familia berasal dari bahasa latin Familia. Nama famili pada tumbuhan
biasanya menggunakan akhiran –aceae, misalnya famili Solanaceae, Cucurbetaceae,
Malvaceae, Rosaceae, Asteraceae, dan Poaceae. Namun, ada pula yang tidak
menggunakan akhiran kata-aceae, misalnya Compositae (nama lain Astraceae) dan
Graminae (nama lain Poaceae). Sementara nama famili pada hewan menggunakan
akhiran kata –ideae, misalnya Homonidae (manusia), Felidae (kucing), dan
Canidae (anjing).
6.
Genus (Marga)
Anggota
takson setiap famili dikelompokan lagi menjadi beberapa genus berdasarkan
persamaan ciri-ciri tertentu yang lebih khusus. Khaidah penulisan nama genus,
yaitu huruf besar pada kata pertama dan dicetak miring atau digarisbawahi.
Sebagai contoh, famili Poaceae tediri atas genus Zea (jagung), Saccarum
(tebu), Triricum (gandum), dan Oryza (padi-padian)
7.
Species (Speciea janin)
Species
merupakan tingkatan takson palig dasar atau terendah. Anggota takson memiliki
paling banyak persamaan ciri dan terdiri atas organisme yang bila melakukan
perkawinan secara ilmiah dapat menghasilkan keturunan yang fertil (subur). Nama
species tediri dari atas dua kata; kata pertama menunjukan nama sfesifiknya,
Sebagai contoh, pada genus Rosa
terdapat spesies Rosa multiflora,
Rosa canina, Rosa alba, Rosa rugosa, dan Rosa
dumalis. (Gambar 1.15)
8.
Varietas atau Ras
Pada
organisme –organisme satu spesies terkadang masih ditemukan perbedaan ciri yang
sangat jelas, sangt khusus atau bervariasi sehingga disebut varietas (kultifar)
atau ras. Istilah varietas dan kultifar digunakan dalam spesies
tumbuhan, sedangkan istilah ras
digunakan dalam spesies hewan. Varietas dapat diartikan secara botani dan
secara agronomi.
Varietas secara botani adalah populasi tanaman dalam satu
spesies yang menunjukan perbedaan ciri yang jelas. Penanamannya diatur oleh
ICBN ( Intenational Code of Botanical
Nomenclature). Penulisan varietas dicetak miring atau digarisbawahi.
Contohnya; Oryza sativa var indica (Padi) dan Zea mays L, var tunicata (jagung).
Sementara
itu varietas secara agronomi adalah
sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih ciri khas yang dapat dibedakan
secara jelas dan ciri tersebut dapat dibedakan dipertahankan bika dikembangkan
secara vegeatif (aseksua) maupun secara generati (seksual). Varietas dalam
agoronomi disebut juga kultifar.
(Kultifar terdir atas populasi tanaman budidaya terseleksi, galur murni, hasil
kloning, dan hasil hibrida. Istilah kultifar diajukan oleh L.H. Bailey pada tahun 1923. Cara
penanaman kutifar diatur oleh ICNCP ( International
code of Nomenclature for Cultivated Palnts).Cara penulisan kultifar adalah dengan memberi tanda
petik dan tidak dicetak miring, Contoh: Oryza
sativa ‘Cisadane’ (padi); kultifar pada spesies Rosa alba, antara lain Rosa
alba ‘Mormors rose’ Rosa alba
‘Blush hip’, Rosa alba ‘Suaveolens’, Rosa
alba ‘Celestial’, Rosa alba
‘Amelie’, dan Rosa alba ‘Chloris’.
Diantara
tingkatan takson tersebut terkadang terdapat tingkatan antara. Tingkatan
dibawah suatu takson menggunakan naama subtakson.
Contohnya dibawah ini famili ada subflum, di bawah ordo ada subordo ,
dibawah famili ada subfamili, dan seterusnya, Nama subfamili pada hewan
menggunakan akhiran –inae, misalnya Caninae, Felinae, dan Boainae. Sebaliknya,
diatas tingkatan takson tedapat supertakson. Contohnya diatas kelas ada
superkelas, di atas ordo ada superordo, di atas famili ada tingkatan
superfamili, dan seterusnya.
Tabel
1.1 menunjukan contoh tingkatan takson pada hewan, sedangkan Tabel 1.2
menunjukan contoh tingkatan takson pada tumbuhan.
Tabel
1.1 Tingkatan takson pada beberapa hewan.
Tingkatan takson
|
Nama Organisme
|
||
Manusia
|
Harimau
|
Kucing
|
|
Kingdom
|
Animalia
|
Animalia
|
Animalia
|
Filum
|
Chordata
|
Chordata
|
Chordata
|
Subfilum
|
Vertebrata
|
Vertebrata
|
Vertebrata
|
Kelas
|
Mammalia
|
Mammalia
|
Mammalia
|
Ordo
|
Primata
|
Carnivora
|
Carnivora
|
Famili
|
Homonidae
|
Felidae
|
Felidae
|
Genus
|
Homo
|
Panthera
|
Felis
|
Spesies
|
Homosapiens
|
Panthera tigris
|
Felis catus
|
Tingkatan
Takson
|
Nama
Organisme
|
||
Jagung
|
Tomat
|
Mawar
|
|
Kingdom
|
Plantae
|
Plantae
|
Plantae
|
Divisi
|
Magnoliophyta(Angiospermae)
|
Magnoliophyta(Angiospermae)
|
Magnoliophyta(Angiospermae)
|
Kelas
|
Liliopsida (Monocotyledoneae)
|
Magnoliopsida (Dicotyledoneae)
|
Magnoliopsida (Dicotyledoneae)
|
Ordo
|
Poales
|
Solanales
|
Rosales
|
Famili
|
Poaceae
|
Solanaceae
|
Rosaceae
|
Genus
|
Zea
|
Solanum
|
Rosa
|
Spesies
|
Zea mays
|
Solanum lycopersicum
|
Rosa multiflora
|
PROSES
KLASIFIKASI
Para biologiawan masih menggunakan buku
Linnaeus yang berjudul Systema Naturae (sistem Alam) yang diterbitkan tahun
1758 sebagai dasar untuk klasifikasi ilmiah. Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk
mengklasifikasikan makhluk hidup.
Pencandraan
(identifikasi), Pencandraan adalah proses
mengidentifikasi atau mendeskripsi ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan
diklasifikasi.
Pengelompokan, setelah dilakukan pencandraan, makhluk hidup kemudian dikelompokkan dengan makhluk hidup lain yang memiliki ciri-ciri serupa. Makhluk hidup yang memiliki ciri serupa dikelompokkan dalam unit-unit yang disebut takson.
Pemberian
nama takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini
diberi nama untuk memudahkan kita dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok
makhluk hidup.
8.
Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup
Berdasarkan Binomial Nomenclatur
Tata Nama Binomial Nomenclature
Banyak makhluk hidup mempunyai nama
local. Nama ini bisa berbeda antara satu daerah dan daerah lainnya. Untuk
memudahkan komunikasi, makhluk hidup harus diberikan nama yang unik dan dikenal
di seluruh dunia. Berdasarkan kesepakatan internasional, digunakanlah metode
binomial nomenclature. Metode binominal nomenclature (tata nama ganda),
merupakan metode yang sangat penting dalam pemberian nama dan klasifikasi
makhluk hidup. Disebut tata nama ganda karena pemberian nama jenis makhluk
hidup selalu menggunakan dua kata (nama genus dan species). Aturan pemberian nama adalah sebagai berikut
:
·
Nama
species terdiri atas dua kata, kata pertama merupakan nama genus, sedangkan
kata kedua merupakan penunjuk jenis (epitheton specificum)
·
Huruf
pertama nama genus ditulis huruf capital, sedangkan huruf pertama penunjuk
jenis digunakan huruf kecil
·
Nama
species menggunakan bahasa latin atau yang dilatinkan
·
Nama
species harus ditulis berbeda dengan huruf-huruf lainnya (bisa miring, garis
bawah, atau lainnya)
·
Jika
nama species tumbuhan terdiri atas lebih dari dua kata, kata kedua dan
berikutnya harus digabung atau diberi tanda penghubung.
·
Jika
nama species hewan terdiri atas tiga kata, nama tersebut bukan nama species,
melainkan nama subspecies (anak jenis), yaitu nama takson di bawah species
·
Nama
species juga mencantumkan inisial pemberi nama tersebut, misalnya jagung (Zea Mays L.). huruf L tersebut
merupakan inisial Linnaeus.
Sistem
tata nama ganda (binomial nomenclature)-
Sebelum digunakan nama baku
yang diakui dalam dunia ilmu pengetahuan, makhluk hidup diberi nama sesuai
dengan nama daerah masing-masing, sehingga terjadi lebih dari satu nama untuk
menyebut satu makhluk hidup. Misalnya, mangga ada yang menyebut poah, ada yang
menyebut pauh, dan ada pula yang menyebut pelem. Nama pisang, di daerah jawa
tengah disebut dengan gedang, sedangkan di daerah Sunda gedang berarti pepaya.
Karena adanya perbedaan penyebutan ini maka akan mengakibatkan salah pengertian
sehingga informasi tidak tersampaikan dengan tepat atau pun informasi tidak
dapat tersebar luas ke daerah-daerah lain atau pun negara lain. Carollus
Linnaeus seorang sarjana kedokteran dan ahli botani dari Swedia berhasil
membuat sistem klasifikasi makhluk hidup. Untuk menyebut nama makhluk hidup, C.
Linneaus menggunakan sistem tata nama ganda, yang aturannya sebagai berikut.
a. Untuk
menulis nama Species (jenis)
1) Terdiri dari dua kata, dalam
bahasa latin.
2) Kata pertama menunjukkan nama
genus dan kata kedua merupakan penunjuk spesies.
3) Cara penulisan kata pertama
diawali dengan huruf besar, sedangkan nama penunjuk spesies dengan huruf kecil.
4) Apabila ditulis dengan cetak
tegak maka harus digarisbawahi secara terpisah antarkata, sedangkan jika
ditulis dengan cetak miring maka tidak digarisbawahi. Contohnya: nama jenis
tumbuhan Oryza sativa atau dapat juga ditulis Oryza sativa (padi) dan Zea mays
dapat juga ditulis Zea mays (jagung).
5) Apabila nama spesies tumbuhan
terdiri lebih dari dua kata maka kata kedua dan seterusnya harus disatukan atau
ditulis dengan tanda penghubung. Misalnya, nama bunga sepatu, yaitu Hibiscus
rosasinensis ditulis Hibiscus rosa-sinensis. Sedangkan jenis hewan yang terdiri
atas tiga suku kata seperti Felis manuculata domestica (kucing jinak) tidak
dirangkai dengan tanda penghubung. Penulisan untuk varietas ditulis seperti
berikut ini yaitu, Hibiscus sabdarifa varalba (rosella varietas putih).
6) Apabila nama jenis tersebut untuk mengenang jasa orang yang menemukannya maka nama penemu dapat dicantumkan pada kata kedua dengan menambah huruf (i) di belakangnya. Contohnya antara lain tanaman pinus yang diketemukan oleh Merkus, nama tanaman tersebut menjadi Pinus merkusii.
6) Apabila nama jenis tersebut untuk mengenang jasa orang yang menemukannya maka nama penemu dapat dicantumkan pada kata kedua dengan menambah huruf (i) di belakangnya. Contohnya antara lain tanaman pinus yang diketemukan oleh Merkus, nama tanaman tersebut menjadi Pinus merkusii.
a. Untuk menulis
Genus (marga)
Nama genus tumbuhan maupun hewan
terdiri atas satu kata tunggal yang dapat diambil dari kata apa saja, dapat
dari nama hewan, tumbuhan, zat kandungan dan sebagainya yang merupakan
karakteristik organisme tersebut. Huruf pertamanya ditulis dengan huruf besar,
contoh genus pada tumbuhan, yaitu Solanum (terungterungan), genus pada hewan,
misalkan Canis (anjing), Felis (kucing).
b. Untuk
menulis nama Familia (suku)
Nama familia diambil dari nama genus
organisme bersangkutan ditambah akhiran -aceae untuk organisme tumbuhan,
sedangkan untuk hewan diberi akhiran -idea. Contoh nama familia untuk
terungterungan adalah Solanaceae, sedangkan contoh untuk familia anjing adalah
Canidae.
c. Untuk
menulis nama Ordo (bangsa)
Nama ordo diambil dari nama genus
ditambah akhiran ales, contoh ordo Zingiberales berasal dari genus Zingiber +
akhiran ales.
d. Untuk
menulis nama Classis (kelas)
Nama classis diambil dari nama genus ditambah dengan akhiran -nae, contoh untuk genus Equisetum maka classisnya menjadi Equisetinae. Ataupun juga dapat diambil dari ciri khas organisme tersebut, misal Chlorophyta (ganggang hijau), Mycotina (jamur).
Nama classis diambil dari nama genus ditambah dengan akhiran -nae, contoh untuk genus Equisetum maka classisnya menjadi Equisetinae. Ataupun juga dapat diambil dari ciri khas organisme tersebut, misal Chlorophyta (ganggang hijau), Mycotina (jamur).
6. Klasifikasi alternatif
Dengan kemajuan tekhnologi dan
perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli mengembangkan beberapa sistem
klasifikasi makhluk hidup. Para ahli membagi
makhluk hidup menjadi beberapa sistem kingdom, yaitu sebagai berikut.
a. Sistem
dua kingdom
Sistem ini membagi makhluk hidup
menjadi dua dunia, yaitu dunia hewan dan dunia tumbuhan. Dasar klasifikasi ini adalah
ciri dan sifat tumbuhan yang mempunyai dinding sel keras seperti selulosa dan
hewan yang mempunyai sifat dapat bergerak aktif, dan berpindah tempat.
b. Sistem
tiga kingdom
Sistem ini mengelompokkan organisme
menjadi tiga dunia, yaitu Plantae, Animalia dan Fungi. Sistem ini didasarkan
pada cara memperoleh nutrisi. Plantae (tumbuhan) merupakan organisme yang dapat
melakukan fotosintesis sehingga dapat memenuhi kebutuhan makan diri sendiri
maka disebut organisme autotrop. Animalia sebagai fagotrop, yaitu organisme
heterotrop yang menelan makanan berbentuk padat dan menggunakan senyawa organik
sebagai sumber energinya. Fungi merupakan organisme heterotrofik dan saprofitik
yang memperoleh nutrisi dari organisme yang telah mati. Bila fungi mengambil
nutrisi dengan cara mengambil dari organisme hidup lain maka disebut parasitik.
c. Sistem
empat kingdom
Sistem ini mengelompokkan organisme
menjadi empat dunia, yaitu Plantae, Animalia, Fungi, dan Prokariotik.
Prokariotik adalah organisme yang mempunyai inti, tetapi intinya tidak memiliki
membran inti.
d. Sistem lima kingdom
R.H. Whittaker mengelompokkan
organisme menjadi lima
dunia berdasarkan tingkat organisme, kondisi inti sel, dan nutrisinya. Kelima
dunia tersebut adalah sebagai berikut.
1) Kingdom Monera
Monera meliputi makhluk hidup yang
sangat sederhana. Termasuk ke dalam kingdom ini adalah bakteri dan alga biru
(Cyanophyta). Monera bersifat prokariotik, sel-selnya mempunyai nukleus atau
inti sel yang tidak bermembran. Sel-selnya membelah secara sederhana, yaitu
dengan amitosis. Kromosomnya tunggal dan berbentuk melingkar. Klorofil tersebar
dan tidak terlindung oleh membran.
2) Kingdom Protista
Termasuk ke dalam kingdom ini adalah
organisme yang bersel tunggal bersifat eukariotik. Eukariotik berarti inti
sel-selnya telah bermembran, meliputi protozoa dan alga. Sistem klasifikasi ini
dirintis oleh Ernst Haeckel (1834-1919).
3) Kingdom Mycota
Kingdom ini meliputi makhluk hidup
yang tidak mempunyai klorofil, sehingga tidak dapat mensintesa makanan sendiri
atau bersifat heterotrop, ada yang bersifat parasit, ada juga yang bersifat
saprofit. Termasuk di dalamnya adalah berbagai jamur, seperti jamur merang,
jamur kuping dan jamur oncom.
4) Kingdom Plantae
Kingdom ini meliputi makhluk hidup
yang mampu melakukan fotosintesis, yaitu makhluk hidup yang mempunyai klorofil,
sehingga dapat hidup tanpa mengambil energi dari organisme lain. Makhluk itu
disebut organisme autotrop. Termasuk di dalamnya adalah Bryophyta,
Pteridophyta, dan Spermatophyta.
5) Kingdom Animalia
Kingdom ini meliputi makhluk hidup
eukariotik bersel banyak, bersifat heterotrop, meliputi Porifera,
Platyhelminthes, Hydrozoa, Nematoda, Rotifera, Annelida, Molusca, Arthropoda,
Echinodermata dan Chordata.